Selasa, 31 Januari 2023

FONETIK

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

2.1  Tiga Jenis Fonetik

Fonetik (Inggris. phonetics, kata sifatnya phonetic, kata sifat Indonesia “fonetis”, berbeda dari “fonetik sebagai kata benda) adalah penyelidikan bunyi-bunyi bahasa, tanpa memperhatikan fungsinya untuk membedakan makna.

Fonetik ada tiga jenis:

1.      Fonetik akustis menyelidiki bunyi bahasa menurut aspek-aspek fisisnya sebagai getaran udara.

2.      Fonetik auditoris adalah penyelidikan mengenai cara  penerimaan bunyi-bunyi bahasa oleh telinga.

3.      Fonetik organis menyelidiki bagaimana bunyi-bunyi bahasa dihasilkan dengan alat-alat (atau “organ”) bicara (organs of speech).

Ciri-ciri khas dari masing-masing cabang fonetik tadi dapat digambarkan seperti dibawah ini:

 

 

penutur                                                                                                                                    pendengar

 

alat-alat                                               getaran-getaran udara                                     telinga dan

bicara                                       yang dihasilkan                                                           dan sistem

neurologisnya

 

FONETIK ORGANIS                       FONETIK AKUSTIS                   FONETIK AUDITORIS

(untuk sebagian besar              (untuk sebagian besar              (untuk sebagian besar

termasuk linguistik)                 termasuk fisika)                                   termasuk neurologi)

 

 

 

2

2.2  Alat-alat Bicara

Hal pertama yang perlu diuraikan dalam fonetik organis ialah alat-alat bicara:


1.      Paru-paru (lungs)

2.      Batang tenggorokan (trachea, wind pipe)

3.      Pangkal tenggorok (larynx)

4.      Pita-pita suara (vocal chords)

5.      Rongga kerongkongan (pharynx)

6.      Akar lidah (root of the tongue, medium)

7.      Pangkal lidah (back of the tongue, medium)

8.      Tengah lidah (middle of the tongue, dorsum)

9.      Daun lidah (blade of the gtongue)

10.  Ujung lidah (tip of the tongue)

11.  Anak tekak (uvula)

12.  Langit-langit lunak, langit-langit tekak (soft palate, velum)

13.  Langit-langit keras (hard palate)

14.  Lengkung kaki gigi, gusi (alveola, gums)

15.  Gigi atas (upper teeth)

16.  Gigi bawah (lower teeth)

17.  Bibir atas (upper lip)

18.  Bibir bawah (lower lip)

19.  Mulut (mouth)

20.  Rongga mulut (mouth cavity, oral cavity)

21.  Hidung (nose)

22.  Rongga hidung (nose cavity, nasal cavity)


 

2.3  Cara Bekerja Alat-alat bicara

Udara dipompakan dari paru-paru, melalui batang tenggorokan ke pangkal tenggorok yang didalamnya terdapat pita-pita suara. Pita suara itu harus terbuka untuk memungkinkan arus udara keluar melalui rongga mulut, melalui rongga hidung, atau melalui kedua-duanya; karena dalam batang tenggorokan untuk arus udara tidak ada jalan lain. Apabila udara keluar tanpa mengalami hambatan di sana-sini, kita tidak mendengar apa-apa; bunyi bahasa dihasilkan hanya bila arus udara terhalang oleh alat bicara tertentu.

3

Untuk menjelaskan fungsi pita-pita suara di bawah ini dimuat gambar keempat posisi pita-pita tersebut:

 

 

 

 

a                                         b                                                 c                           d

 terbuka lebar              terbuka agak lebar            terbuka sedikit      tertutup sama

sekali

 

a.       Posisi untuk bernafas secara normal (tidak menghasilkan bunyi bahasa).

b.      Posisi yang menghasilkan bunyi tak bersuara.

c.       Posisi yang menghasilkan bunyi bersuara.

d.      Posisi yang mengawali atau mengakhiri bunyi hamzah (glottal stop).

 

2.4  Konsonan dan Vokal

Alur sempit antara pita suara menyebabkan pita itu bergetar, dan getaran itu menyebabkan udara yang keluar bergetar pula. Maka dari itu semua vokal merupakan bunyi bersuara. Antara bahasa-bahasa di dunia jarang kita jumpai vokal yang tidak bersuara; vokal tak bersuara itu disebut vokoide (vocoid). Pengucapannya terjadi dengan cara yang dapat dibandingkan dengan pengucapan vokal bila penutur membisik.

Konsonan ada yang bersuara, yang terjadi bila ada alur sempit di antara pita suara dan ada yang tak bersuara, yang terjadi bila  tempat artikulasi yang bersangkutan sajalah yang merupakan alur sempit sedang pita suara itu terbuka agak lebar.

2.5  Beberapa Jenis Konsonan

Menurut cara mengucapkannya dapat kita bedakan konsonan sebagai berikut:

4

1.      (bunyi) letupan (plosives, stops), yaitu bunyi yang dihasilkan dengan menghambat arus udara samasekali di tempat artikulasi tertentu secara tiba-tiba, sesudahnya alat-alat bicara di tempat artikulasi tersebut dilepaskan kembali. Bagian petama disebut “hambatan” atau “implosi” (implosion), bagian kedua disebut “letupan” atau “eksplosi” (explosion).

2.      Semua bunyi yang bukan letupan lazimnya disebut “kontinuan”(continuants). Bunyi kontinuan itu meliputi beberapa jenis, yaitu sengau, sampingan, paduan, geseran, dan aliran.

3.      (bunyi) sengau (nasals), yaitu bunyi yang dihasilkan dengan menutup arus udara ke luar melalui rongga mulut tetapi membuka jalan agar dapat keluar melalui rongga hidung.

4.      (bunyi) sampingan (laterals), yaitu bunyi yang dihasilkan dengan menghalangi arus udara sehingga keluar melalui sebelah atau biasanya kedua sisi lidah.

5.      (bunyi) paduan atau afrikat (affricates) dihasilkan dengan menghambat arus udara di salah satu tempat artikulasi di mana juga bunyi letupan diartikulasikan, lalu dilepaskan secara “frikatif”. Artinya, eksplosinya terjadi sedemikian rupa sehingga pada tempat artikulasi suatu aluran sempit dipertahankan, hasilnya bunyi geseran sebagai bagian dari kedua dari bunyi afrikat itu.

6.      (bunyi) geseran atau frikatif (fricatives) adalah bunyi yang dihasilkan oleh alur yang amat sempit sehingga sebagian besar arus udara terhambat.

7.      (bunyi) geletar (trills), yaitu bunyi yang dihasilkan dengan mengartikulasikan ujung lidah pada lengkung kaki gigi, segera melepaskannya dan segera lari mengatikulasikannya, dst. Jadi bunyi geletar adalah suatu urutan dari “letupan” apiko-alveolar yang cepat sekali, sehingga ujung lidah menggeletar melawan lengkung kaki gigi dengan waktu yang sama dalam artikulasi konsonan lain.

 

5

8.      (bunyi) alir (liquids), yaitu bunyi yang dihasilkan dengan terbentuknya alur sempit antara pita-pita suara (jadi semua bunyi alir adalah konsonan bersuara) dengan tempat artikulasi sedemikian rupasehingga alur sempityang kedua tidak ada (jadi tidak ada bunyi frikatif).

9.      Bunyi kembar atau geminat (geminates), yaitu konsonan yang terjadi dengan memperpanjangkannya kalau bunyi itu sesuatu kontinuan atau dengan memperpanjang waktu antara implosi dan eksplosi dalam hal bunyi letupan.

 

2.6  Semi Vokal

“Semi-vokal” (semi-vowels), yaitu [j], [w], dan [ลต] sebenarnya termasuk konsonan, tetapi kwalitasnya tidak hanya ditentukan oleh alur sempit “kedua” (yaitu alur sempit selain dari aluran di antara pita suara), tetapi juga oleh bangun mulut atau sikap mulut.

2.7  Beberapa Jenis Vokal

Ada beberapa cara untuk mengolong-golongkan bunyi-bunyi vokal:

1.      Menurut posisi lidah yang membentuk ruang resonansi, vokal-vokal di golong-golongkan atas: vokal depan (front vowels), vokal tengah (central vowels), dan vokal belakang (back vowels).

2.      Menurut posisi tinggi rendahnya lidah, vokal digolong-golongkan atas vokal tinggi (high vowels), vokal madya (mid vowels), dan vokal rendah (low vowels).

3.      Menurut peranan bibir, dapat kita bedakan antara vokal bundar (rounded vowels) dan vokal tak bundar (unrounded vowels).

4.      Menurut lamanya pengucapan vokal dengan mempertahankan posisi alat-alat bicara yang sama, vokal dapat kita golong-golongkan atas vokal panjang (long vowels) dan vokal pendek (short vowels). Lamanya itu sendiri disebut “kwantitas” (quantity).

5.      Menurut peranan rongga hidung kita bedakan antara vokal sengau (nasal vowels) dan vokal mulut atau vokal oral (oral vowels).

6

2.8  Vokal Rangkap Dua

Vokal rangkap dua atau diftong (diphthongs) terdiri dari dua bagian, yang pertama dengan posisi lidah lain dibandingkan dengan posisinya pada yang kedua.

Contoh: [ai] : balai, [au] : kerbau, [oi] : sekoi, dll

2.9  Tulisan Fonetis

Sistem tulisan fonetis yang paling lazim dipakai adalah sistem dari International Phonetic Association (IPA). Tulisan fonetik menekankan pada bunyi, tulisan yang melambangkan lambang bunyi yang diberi diakritik.

2.10          Klasifikasi Vokal Tunggal

Vokal-vokal tunggal (simple vowels) dapat diklasifikasikan dengan memperhatikan tinggi rendahnya dan posisinya dari belakang ke depan. Menurut para ahli fonetik vokal yang paling tinggi adalah yang paling depan pula dan yang paling kebelakang adalah yang paling rendah pula.

2.11          Klasifikasi Vokal Rangkap Dua

Vokal rangkap dua atau diftong (diphthongs) terdiri dari dua bagian, yaitu diftong naik dan diftong turun.

2.12          Klasifikasi Konsonan

Jenis konsonan yang diklasifikasikan yaitu letupan, paduan, sengau, sampingan, geseran, geletar, dan semi-vokal.

2.13          Suku Kata (Silabe)

Suku kata atau silabe (Inggris syllable, kata sifatnya syllabic, kata sifat Indonesia “silabis”) adalah satuan ritmis terkecil dalam urusan ujaran. Puncak ritme atau irama itu sama dengan kenyaringan atau sonopritas (Inggris sonority), yaitu pantulan suara yang dihasilkan, yang dimungkinkan oleh adanya ruang resonansi (resonance chamber).

7

2.14          Titinada

Dari sudut fonetik akustis semua bunyi adalah getaran udara, dan makin tinggi frekwensi getaran itu (lazimnya dihitung per detik), makin tinggi nada bunyi. Nada bunyi bahasa yang paling mudah ditangkap oleh alat pendengaran ialah nada bunyi yang dihasilkan dengan pembentukan alur sempit antara pita-pita suara, dan frekwensi getaran udara yang ditimbulkannya ditentukan oleh frekwensi getaran-getaran pita suara. Istilah Inggris untuk (titi) nada adalah pitch. Salah satu variasi titinada yang menyertai seluruh kalimat, atau bagian dari kalimat, adalah intonasi (intonation), atau lagu (melody).

2.15          Tekanan dan Aksen

Tekanan (Inggris stress) dan aksen (accent) sulit sekali dibedakan. Kesulitan tersebut terdapat dari sudut istilah-istilah, dan terdapat pula dalam fakta-fakta yang dinamai oleh istilah-istilah tersebut atau dengan perkataan lain, kesulitan tadi untuk sebagian adalah terminologis saja (“terminologi” = peristilahan) dan untuk sebagian berupa faktis, yaitu menyangkut fakta-fakta.

Tekanan, seperti halnya dengan nada, adalah relatif, tidak absolut. Ada dua jenis aksen: aksen yang terlaksana dengan tekanan (disebut “aksen tekan”, Inggris stress accent, sering juga disebut “aksen dinamis”); dan aksen yang terlaksana dengan nada (disebut “aksen nada”, Inggris pitch accent, sering juga disebut “aksen musikal”).

2.16          Asimilasi Fonetis

Yang dimaksud dengan asimilasi ialah saling pengaruh yang terjadi antara bunyi yang berdampingan (bunyi kontigu) atau antara yang berdekatan tetapi dengan bunyi lain di antaranya dalam ujaran (bunyi diskret). Istilah inggris untuk “asimilasi” adalah assimilation: istilah “asimilasi fonetis” tidak lazim dipakai, tetapi diberi nama itu di sini untuk membedakannya dari tiga jenis asimilasi yang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar