Jumat, 15 Mei 2015

Analisis dan Interpretasi Sajak



BAB II
PEMBAHASAN

1.             Sajak Kusangka Dulu Karya Abdul Hadi

KUSANGKA DULU

Kusangka dulu luka jiwaku
Tiada ‘kan dapat sembuh lagi
Kusangka ku akan selalu
Putus harapan, ingin mati.

Tapi Waktu penawar yang syakti
Dapat menutup luka jiwaku
Dan di atas luka yang dulu
Tumbuh indah mawar cintaku.

2.             Analisis Unsur Sajak Kusangka Dulu Karya Abdul Hadi
A.    Makna Sajak
1.      Struktur Penceritaan Sajak
a)      Mengenal Tokoh-tokoh dalam Sajak
Tokoh yang terdapat dalam sajak di atas adalah aku lirik. Karena dalam sajak terdapat kata ganti orang pertama yaitu aku.
b)      Struktur Penceritaan dalam Sajak
Struktur penceritaan dalam sajak di atas berupa monolog. Karena ditandai oleh ungkapan-ungkapan seorang aku lirik yang tidak dijelaskan kepada siapa ungkapan itu ditujukan. Ungkapan aku lirik mungkin berisi pengalaman pribadi atau pengalaman bersama orang lain.
2.      Latar dan Latar Belakang Sajak
a)      Latar
Latar terbagi dua yaitu, latar tempat dan latar waktu. Latar tempat yang terdapat dalam sajak di atas bersifat implisit (tidak jelas) hanya penyair yang tahu pasti latar tempat dalam sajak ini dan begitu juga dengan latar waktu yang berada dalam sajak ini. Mungkin kita masih bisa mengidentifikasikeduanya dengan memperhatikan kata-kata yang terdapat dalam sajak ini. Latar tempat yang terdapat dalam sajak inisepertinya aku lirik sedang berada di rumah dan sedang memikirkan kenangan masa lalunya yang dulu sangat menyakitkan dan latar waktunya mungkin pada malam hari, karena biasanya pada waktu malam kita sering merenung dan jenuh karena kesedihan yang terus berjalan dan sewaktu mau tidur aku lirik bersemangat untuk hidup dan hanya mengenang masa lalunya yang menyedihkan.
b)      Latar Belakang
Latar belakang yang menyebabkan penyair menulis sajak di atas karena kesedihannya yang sepertinya ditinggal mati oleh kekasihnya.
3.      Suasana dan Pemikiran
Suasana dan pemikiran yang terdapat dalam sajak di atas adalah optimis karena aku lirik mengharapkan suatu perubahan dan aku lirik telah semangat lagi untuk menjalani hidupnya dengan kenangan masa lalu yang indah membuatnya lebih hidup.

B.     Unsur-Unsur Sajak
1.      Bunyi Dalam Sajak
a)    Irama
Irama akan terdengar bila sajak dibacakan yang berupa pergantian turun naik, panjang pendek, keras lembut ucapan bunyi bahasa dengan teratur. Irama dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu metrum dan ritme. Metrum adalah irama yang tetap, artinya pergantiannya sudah tetap menurut pola tertentu. Hal ini disebabkan oleh jumlah suku kata yang tetap dan tekanannya tetap sehingga alun suara yang menaik dan menurun itu tetap saja. Ritme adalah irama yang disebabkan pertentangan atau pergantian bunyi tinggi rendah secara teratur, tetapi tidak merupakan jumlah suku kata yang tetap. Jadi, dalam sajak di atas irama yang terkandung di dalamnya berupa metrum.
b)   Rima
Rima adalah persamaan bunyi di akhir kata.
Kusangka dulu luka jiwaku                a
Tiada ‘kan dapat sembuh lagi             b
Kusangka ku akan selalu                    a
Putus harapan, ingin mati.                   b
Ø  Bait pertama terdapat rima silang.
Tapi Waktu penawar yang syakti        a
Dapat menutup luka jiwaku                b
Dan di atas luka yang dulu                 b
Tumbuh indah mawar cintaku.           a
Ø  Bait kedua terdapat rima berpeluk.
c)    Aliterasi
Aliterasi adalah pengulangan bunyi konsonan dalam satu baris yang sama dan dalam kata-kata yang berdekatan.
Kusangka dulu luka jiwaku
Tiada ‘kan dapat sembuh lagi
Kusangka ku akan selalu
Putus harapan, ingin mati.

Tapi Waktu penawar yang syakti
Dapat menutup luka jiwaku
Dan di atas luka yang dulu
Tumbuh indah mawar cintaku.
d)   Asonansi
Asonansi adalah pengulangan bunyi vokal dalam satu baris yang sama dan dalam kata-kata yang berdekatan.
Kusangka dulu luka jiwaku
Tiada ‘kan dapat sembuh lagi
Kusangka ku akan selalu
Putus harapan, ingin mati.

Tapi Waktu penawar yang syakti
Dapat menutup luka jiwaku
Dan di atas luka yang dulu
Tumbuh indah mawar cintaku.

2.      Bunyi Dalam Sajak
a)      Kakafoni
Kakafoni adalah pemanfaatan unsur bunyi yang menimbulkan perasaan jiwa tertekan, gelisah, bahkan, memuakkan, sehingga menimbulkan keburaman. Dalam sajak di atas tidak terdapat bunyi kakafoni.
b)      Efoni
Efoni adalah kesan yang membangkitkan kegembiraan dan rasa riang serta nyaman. Penggunaan unsur bunyi yang ringan, lembut, mesra, dan bahagia. Dalam sajak di atas tedapat bunyi efoni karena dalam lirik-lirik sajak di atas dijelaskan bahwa aku lirik telah semangat untuk melanjutkan hidupnya dan mengenang masa lalu yang sangat berkesan bagi aku lirik.

3.      Bahasa Dalam Sajak
Ø  Denotasi dan Konotasi
Denotasi ialah kata yang memiliki arti yang sebenarnya, atau arti kata yang sesuai dengan kamus. Konotasi ialah arti tambahannya. Jadi, dala sajak di atas terdapat bahasa denotasi karena kata yang dipakai penyair tidak sukar dimengerti oleh pembaca sajak.

4.      Bahasa Dalam Sajak
a.       Bahasa Kiasan
Ø  Dalam sajak ini tidak terdapat bahasa kiasan.
b.      Bahasa Retorik
Ø  Hiperbola (berlebih-lebihan)
Bahasa retorik yang mengungkapkan sesuatu secara berlebih-lebihan, berlebih-lebihan dalam kaitan ini diartikan sebagai sesuatu yang tidak mungkin terjadi gunanya hanya untuk memberikan penegasan. Dalam sajak di atas bait kedua terdapat hiperbola karena penyair mengatakan “Tapi Waktu penawar yang syakti dapat menutup luka jiwaku” padahal tidak ada penawar yang syakti bisa menutup luka aku lirik dan “di atas luka yang dulu tumbuh indah mawar cintaku” padahal di atas luka mana bisa tumbuh mawar cinta.
Ø  Tapi waktu penawar yang syakti
Dapat menutup luka jiwaku
Dan di atas luka yang dulu
Tumbuh indah mawar cintaku.

5.      Citra (Imaji) dan Citraan (Pengimajian)
Ø  Dalam sajak di atas terdapat citra (imaji), tapi tidak terdapat citraan (pengimajian). Citra yang terdapat dalam sajak di atas bisa dilihat dari lirik-lirik sajak bahwa si aku lirik menyangka luka jiwanya yang dulu tidak dapat sembuh lagi, menyangka akan selalu putus harapan ingin mati. Tetapi waktu penawar yang syakti dapat menutup luka jiwanya dan di atas luka yang dulu tumbuh indah mawar cintanya. Mawar cinta dalam sajak aku lirik termasuk bahasa konotasi karena bukan merupakan makna sebenarnya, bukan bunga mawar. Maksudnya adalah kenangan indah seperti bunga mawar yang sempat tumbuh dalam hati dan jiwanya.

6.      Aspek Tata Bahasa dalam Sajak
Penyimpangan Tata Bahasa
a)      Pemendekan Kata
Dalam sajak di atas bait pertama terdapat pemendekan kata ‘kan dari akan dan kata ku dari aku.
Ø  Kusangka dulu luka jiwaku
Tiada ‘kan dapat sembuh lagi
Kusangka ku akan selalu
Putus harapan, ingin mati.

b)      Penyimpangan Struktur Sintaksis
Dalam sajak di atas terdapat penyimpangan struktur sintaksis dalam bait pertama yang kalimatnya adalah “Kusangka dulu luka jiwaku” seharusnya “Dulu kusangka jiwaku yang luka...” dan “kusangka ku akan selalu” seharusnya ”Selalu kusangka bahwa ku akan...”
Ø  Kusangka dulu luka jiwaku
Tiada ‘kan dapat sembuh lagi
Kusangka ku akan selalu
Putus harapan, ingin mati.
c)      Penghapusan Tanda Baca
Dalam sajak di atas terdapat penghapusan tanda baca ( . ) pada bait pertama baris kedua.
Ø  Kusangka dulu luka jiwaku
Tiada ‘kan dapat sembuh lagi.
Kusangka ku akan selalu
Putus harapan, ingin mati.

7.      Tipografi
Tipografi adalah penataan lirik-lirik sajak. Lirik-lirik sajak yang terdapat dalam sajak di atas tersusun rapi. Tipografinya yang rapi mendukung pada isinya. Isi dalam sajak tersebut juga bagus. Unsur non bahasa lain juga terdapat dalam sajak tersebut yaitu berupa tanda baca, seperti: ( . ) dan ( , ) pada bait pertama dan kedua.
Kusangka dulu luka jiwaku
Tiada ‘kan dapat sembuh lagi
Kusangka ku akan selalu
Putus harapan, ingin mati.

Tapi Waktu penawar yang syakti
Dapat menutup luka jiwaku
Dan di atas luka yang dulu
Tumbuh indah mawar cintaku.

3.             Analisis dan Interpretasi Sajak Kusangka Dulu Karya Abdul Hadi

A.    Analisis Struktural dan Intertekstual
Analisis struktural adalah analisis yang melihat bahwa unsur-unsur struktur sajak itu saling berhubungan secara erat, saling menentukan artinya. Sebuah unsur tidak mempunyai makna dengan sendirinya apabila terlepas dari unsur-unsur lainnya. Unsur-unsur sajak di atas saling mendukung karena isi yang terdapat di dalamnya berupa semangat untuk tetap melanjutkan kehidupannya. Analisis sajak intertekstual, yaitu melihat hubungan antar teksnya dengan sajak-sajak yang terbit sebelumnya dan sesudahnya yang menunjukkan hubungan antar teks dengannya. Sajak yang terbitsetelah sajak Kusangka Dulu berjudul Kuingat Padamu.

B.     Interpretasi Sajak
Menginterpretasi sajak adalah upaya memberi makna terhadap sajak. Jadi, dengan menghubungkan unsur-unsur sajak yang telah di analisis di atas maka kita dapat menyimpulkan makna yang terkandung dalam sajak tersebut. Karena unsur-unsur yang terdapat dalam sajak saling mendukung maka makna yang terkandung dalam sajak di atas adalah pernyataan si aku lirik yang disangkanya dulu luka jiwanya tidak dapat sembuh lagi dan ia menyangka akan putus harapan dan ingin mati, tapi sekarang saat ada penawar yang sakti ia dapat menutup luka jiwanya dan di atas luka dulu sempat tumbuh rasa cinta yang indah bersama kekasihnya. Walaupun luka hatinya telah sembuh bukanlah sekali-kali karena ia sudah melupakan kekasihnya yang sudah tiada itu, tetapi karena kenangan indah bersamanya si aku lirik masih tetap semangat untuk melanjutkan hidupnya. Itu terlihat dari sajak yang terbit sesudahnya yang berjudul Kuingat Padamu.

4.             Apresiasi Terhadap Sajak Kusangka Dulu Karya Abdul Hadi
Apresiasi saya terhadap sajak ini sangat baik. Karena si aku lirik memberikan pesan moral berupa semangat dan sikapnya yang menunjukkan bahwa ia harus bangkit dari keterpurukan dan ia yang tabah menerima takdirnya serta riang dalam menempuh segala kesukaran yang dihadapinya atas kehilangan kekasihnya walaupun itu menimbulkan luka pada jiwanya. Tetapi itu semua dijadikannya sumber semangat untuk melanjutkan hidup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar