BAB
II
PEMBAHASAN
1.
Sajak
Kusangka Dulu Karya Abdul Hadi
KUSANGKA DULU
Kusangka
dulu luka jiwaku
Tiada
‘kan dapat sembuh lagi
Kusangka
ku akan selalu
Putus
harapan, ingin mati.
Tapi
Waktu penawar yang syakti
Dapat
menutup luka jiwaku
Dan
di atas luka yang dulu
Tumbuh
indah mawar cintaku.
2.
Analisis
Unsur Sajak Kusangka Dulu Karya Abdul Hadi
A.
Makna
Sajak
1. Struktur
Penceritaan Sajak
a) Mengenal
Tokoh-tokoh dalam Sajak
Tokoh yang
terdapat dalam sajak di atas adalah aku lirik. Karena dalam sajak terdapat kata
ganti orang pertama yaitu aku.
b) Struktur
Penceritaan dalam Sajak
Struktur penceritaan dalam sajak di atas berupa
monolog. Karena ditandai oleh ungkapan-ungkapan seorang aku lirik yang tidak
dijelaskan kepada siapa ungkapan itu ditujukan. Ungkapan aku lirik mungkin
berisi pengalaman pribadi atau pengalaman bersama orang lain.
2. Latar
dan Latar Belakang Sajak
a) Latar
Latar terbagi dua yaitu, latar tempat dan latar
waktu. Latar tempat yang terdapat dalam sajak di atas bersifat implisit (tidak
jelas) hanya penyair yang tahu pasti latar tempat dalam sajak ini dan begitu
juga dengan latar waktu yang berada dalam sajak ini. Mungkin kita masih bisa
mengidentifikasikeduanya dengan memperhatikan kata-kata yang terdapat dalam
sajak ini. Latar tempat yang terdapat dalam sajak inisepertinya aku lirik
sedang berada di rumah dan sedang memikirkan kenangan masa lalunya yang dulu
sangat menyakitkan dan latar waktunya mungkin pada malam hari, karena biasanya
pada waktu malam kita sering merenung dan jenuh karena kesedihan yang terus
berjalan dan sewaktu mau tidur aku lirik bersemangat untuk hidup dan hanya
mengenang masa lalunya yang menyedihkan.
b) Latar
Belakang
Latar belakang yang menyebabkan penyair menulis
sajak di atas karena kesedihannya yang sepertinya ditinggal mati oleh
kekasihnya.
3.
Suasana dan Pemikiran
Suasana
dan pemikiran yang terdapat dalam sajak di atas adalah optimis karena aku lirik
mengharapkan suatu perubahan dan aku lirik telah semangat lagi untuk menjalani
hidupnya dengan kenangan masa lalu yang indah membuatnya lebih hidup.
B.
Unsur-Unsur
Sajak
1. Bunyi
Dalam Sajak
a) Irama
Irama
akan terdengar bila sajak dibacakan yang berupa pergantian turun naik, panjang
pendek, keras lembut ucapan bunyi bahasa dengan teratur. Irama dapat dibagi
menjadi dua macam, yaitu metrum dan ritme. Metrum adalah irama yang tetap,
artinya pergantiannya sudah tetap menurut pola tertentu. Hal ini disebabkan
oleh jumlah suku kata yang tetap dan tekanannya tetap sehingga alun suara yang
menaik dan menurun itu tetap saja. Ritme adalah irama yang disebabkan
pertentangan atau pergantian bunyi tinggi rendah secara teratur, tetapi tidak
merupakan jumlah suku kata yang tetap. Jadi, dalam sajak di atas irama yang
terkandung di dalamnya berupa metrum.
b) Rima
Rima adalah persamaan bunyi di akhir kata.
Kusangka
dulu luka jiwaku a
Tiada
‘kan dapat sembuh lagi b
Kusangka
ku akan selalu a
Putus
harapan, ingin mati. b
Ø Bait
pertama terdapat rima silang.
Tapi
Waktu penawar yang syakti a
Dapat
menutup luka jiwaku b
Dan
di atas luka yang dulu b
Tumbuh
indah mawar cintaku. a
Ø Bait
kedua terdapat rima berpeluk.
c) Aliterasi
Aliterasi adalah pengulangan bunyi konsonan dalam
satu baris yang sama dan dalam kata-kata yang berdekatan.
Kusangka dulu luka
jiwaku
Tiada ‘kan dapat sembuh lagi
Kusangka
ku
akan selalu
Putus harapan, ingin mati.
Tapi Waktu penawar yang syakti
Dapat menutup luka jiwaku
Dan
di
atas luka yang dulu
Tumbuh indah mawar cintaku.
d) Asonansi
Asonansi adalah pengulangan bunyi vokal dalam satu
baris yang sama dan dalam kata-kata yang berdekatan.
Kusangka
dulu luka jiwaku
Tiada ‘kan
dapat sembuh lagi
Kusangka
ku akan selalu
Putus harapan,
ingin mati.
Tapi
Waktu penawar yang syakti
Dapat menutup luka jiwaku
Dan
di atas luka yang dulu
Tumbuh indah
mawar cintaku.
2. Bunyi
Dalam Sajak
a) Kakafoni
Kakafoni adalah
pemanfaatan unsur bunyi yang menimbulkan perasaan jiwa tertekan, gelisah,
bahkan, memuakkan, sehingga menimbulkan keburaman. Dalam sajak di atas tidak
terdapat bunyi kakafoni.
b) Efoni
Efoni adalah kesan yang membangkitkan kegembiraan
dan rasa riang serta nyaman. Penggunaan unsur bunyi yang ringan, lembut, mesra,
dan bahagia. Dalam sajak di atas tedapat bunyi efoni karena dalam lirik-lirik
sajak di atas dijelaskan bahwa aku lirik telah semangat untuk melanjutkan
hidupnya dan mengenang masa lalu yang sangat berkesan bagi aku lirik.
3. Bahasa
Dalam Sajak
Ø Denotasi
dan Konotasi
Denotasi ialah
kata yang memiliki arti yang sebenarnya, atau arti kata yang sesuai dengan
kamus. Konotasi ialah arti tambahannya. Jadi, dala sajak di atas terdapat
bahasa denotasi karena kata yang dipakai penyair tidak sukar dimengerti oleh
pembaca sajak.
4. Bahasa
Dalam Sajak
a. Bahasa
Kiasan
Ø Dalam
sajak ini tidak terdapat bahasa kiasan.
b. Bahasa
Retorik
Ø Hiperbola
(berlebih-lebihan)
Bahasa retorik yang mengungkapkan sesuatu secara
berlebih-lebihan, berlebih-lebihan dalam kaitan ini diartikan sebagai sesuatu
yang tidak mungkin terjadi gunanya hanya untuk memberikan penegasan. Dalam sajak
di atas bait kedua terdapat hiperbola karena penyair mengatakan “Tapi Waktu
penawar yang syakti dapat menutup luka jiwaku” padahal tidak ada penawar yang
syakti bisa menutup luka aku lirik dan “di atas luka yang dulu tumbuh indah
mawar cintaku” padahal di atas luka mana bisa tumbuh mawar cinta.
Ø Tapi
waktu penawar yang syakti
Dapat menutup luka jiwaku
Dan
di atas luka yang dulu
Tumbuh
indah mawar cintaku.
5. Citra
(Imaji) dan Citraan (Pengimajian)
Ø Dalam
sajak di atas terdapat citra (imaji), tapi tidak terdapat citraan
(pengimajian). Citra yang terdapat dalam sajak di atas bisa dilihat dari
lirik-lirik sajak bahwa si aku lirik menyangka luka jiwanya yang dulu tidak
dapat sembuh lagi, menyangka akan selalu putus harapan ingin mati. Tetapi waktu
penawar yang syakti dapat menutup luka jiwanya dan di atas luka yang dulu
tumbuh indah mawar cintanya. Mawar cinta dalam sajak aku lirik termasuk bahasa
konotasi karena bukan merupakan makna sebenarnya, bukan bunga mawar. Maksudnya
adalah kenangan indah seperti bunga mawar yang sempat tumbuh dalam hati dan
jiwanya.
6. Aspek
Tata Bahasa dalam Sajak
Penyimpangan Tata Bahasa
a) Pemendekan
Kata
Dalam sajak di
atas bait pertama terdapat pemendekan kata ‘kan dari akan dan kata ku dari aku.
Ø Kusangka
dulu luka jiwaku
Tiada ‘kan
dapat sembuh lagi
Kusangka ku
akan selalu
Putus harapan, ingin mati.
b) Penyimpangan
Struktur Sintaksis
Dalam sajak di
atas terdapat penyimpangan struktur sintaksis dalam bait pertama yang kalimatnya
adalah “Kusangka dulu luka jiwaku” seharusnya “Dulu kusangka jiwaku yang luka...”
dan “kusangka ku akan selalu” seharusnya ”Selalu kusangka bahwa ku akan...”
Ø Kusangka dulu luka
jiwaku
Tiada ‘kan dapat sembuh lagi
Kusangka
ku akan selalu
Putus harapan, ingin mati.
c) Penghapusan
Tanda Baca
Dalam sajak di atas terdapat
penghapusan tanda baca ( . ) pada bait pertama baris kedua.
Ø Kusangka
dulu luka jiwaku
Tiada ‘kan dapat sembuh lagi.
Kusangka ku akan selalu
Putus harapan, ingin mati.
7. Tipografi
Tipografi
adalah penataan lirik-lirik sajak. Lirik-lirik sajak yang terdapat dalam sajak
di atas tersusun rapi. Tipografinya yang rapi mendukung pada isinya. Isi dalam
sajak tersebut juga bagus. Unsur non bahasa lain juga terdapat dalam sajak tersebut yaitu berupa tanda baca, seperti: ( . ) dan ( ,
) pada bait pertama dan kedua.
Kusangka
dulu luka jiwaku
Tiada
‘kan dapat sembuh lagi
Kusangka
ku akan selalu
Putus
harapan, ingin mati.
Tapi
Waktu penawar yang syakti
Dapat
menutup luka jiwaku
Dan
di atas luka yang dulu
Tumbuh
indah mawar cintaku.
3.
Analisis
dan Interpretasi Sajak Kusangka Dulu Karya Abdul Hadi
A. Analisis
Struktural dan Intertekstual
Analisis
struktural adalah analisis yang melihat bahwa unsur-unsur struktur sajak itu
saling berhubungan secara erat, saling menentukan artinya. Sebuah unsur tidak
mempunyai makna dengan sendirinya apabila terlepas dari unsur-unsur lainnya. Unsur-unsur
sajak di atas saling mendukung karena isi yang terdapat di dalamnya berupa
semangat untuk tetap melanjutkan kehidupannya. Analisis sajak intertekstual,
yaitu melihat hubungan antar teksnya dengan sajak-sajak yang terbit sebelumnya
dan sesudahnya yang menunjukkan hubungan antar teks dengannya. Sajak yang
terbitsetelah sajak Kusangka Dulu berjudul Kuingat Padamu.
B. Interpretasi
Sajak
Menginterpretasi
sajak adalah upaya memberi makna terhadap sajak. Jadi, dengan menghubungkan
unsur-unsur sajak yang telah di analisis di atas maka kita dapat menyimpulkan
makna yang terkandung dalam sajak tersebut. Karena unsur-unsur yang terdapat
dalam sajak saling mendukung maka makna yang terkandung dalam sajak di atas
adalah pernyataan si aku lirik yang disangkanya dulu luka jiwanya tidak dapat
sembuh lagi dan ia menyangka akan putus harapan dan ingin mati, tapi sekarang
saat ada penawar yang sakti ia dapat menutup luka jiwanya dan di atas luka dulu
sempat tumbuh rasa cinta yang indah bersama kekasihnya. Walaupun luka hatinya
telah sembuh bukanlah sekali-kali karena ia sudah melupakan kekasihnya yang
sudah tiada itu, tetapi karena kenangan indah bersamanya si aku lirik masih
tetap semangat untuk melanjutkan hidupnya. Itu terlihat dari sajak yang terbit
sesudahnya yang berjudul Kuingat Padamu.
4.
Apresiasi
Terhadap Sajak Kusangka Dulu Karya Abdul Hadi
Apresiasi saya terhadap
sajak ini sangat baik. Karena si aku lirik memberikan pesan moral berupa
semangat dan sikapnya yang menunjukkan bahwa ia harus bangkit dari keterpurukan
dan ia yang tabah menerima takdirnya serta riang dalam menempuh segala
kesukaran yang dihadapinya atas kehilangan kekasihnya walaupun itu menimbulkan
luka pada jiwanya. Tetapi itu semua dijadikannya sumber semangat untuk
melanjutkan hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar