Analisis Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik
Novel
PEREMPUAN DI TITIK NOL
Pengarang: Nawal el-Saadawi
Oleh: Fybria Rahma R
Novel adalah karya
sastra yang dibangun oleh dua unsur, yaitu:
A. Unsur Intrisik (Unsur Dalam)
Unsur intrinsik adalah unsur-unsur
yang membangun karya sastra dari dalam atau bisa juga disebut unsur yang
terdapat/berada di dalam suatu karya sastra. Unsur-unsur intrinsik yang
terdapat dalam sebuah novel terdiri dari:
1. Tema
Pada intinya novel ini mengisahkan tentang
kehidupan seorang wanita sejati yang bernama Firdaus. Novel ini didasari pada
kisah nyata. Ditulis dan diceritakan oleh Nawal el-Saadawi yang adalah seorang
dokter perempuan Mesir yang juga berprofesi sebagai penulis.
Dari balik sel Penjara Qanatir. Berada dalam
sebuah kamar yang pintu dan jendelanya selalu ditutup. Firdaus yang divonis
hukuman gantung karena telah membunuh seorang germo laki-laki mengisahkan
liku-liku kehidupannya. Dari sejak masa kecilnya di desa hingga ia menjadi pelacur
kelas atas di kota Kairo. Firdaus adalah kisah seorang wanita yang telah
didorong oleh rasa putus asa ke pojok yang paling kelam. Wanita ini, sekalipun
muak dan putus asa, ia menyambut gembira hukuman gantung itu. Bahkan dengan
tegas ia menolak grasi kepada presiden agar hukumannya dapat diubah menjadi
hukuman kurungan badan seumur hidup yang diusulkan oleh dokter penjara. Menurut
Firdaus, vonis itu justru merupakan satu-satunya jalan menuju kebebasan sejati.
Ironis memang, karena Firdaus bersikukuh menantang dan melawan
kekuatan-kekuatan tertentu yang telah merampas hak manusia untuk hidup, untuk
bercinta dan menikmati kebebasan yang nyata.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tema
novel ini adalah tentang keberanian. Seorang wanita sejati bernama Firdaus yang
berani mengungkapkan kebenaran.
2. Alur/Plot
Novel ini beralur mundur, karena pada awal
ceritanya itu penulis menjelaskan tentang pengalamannya yang melakukan
penelitian mengenai kepribadian suatu kelompok wanita yang dipenjarakan dan
ditahan, karena dijatuhi hukuman atau dituduh melakukan berbagai pelanggaran.
Penulis atau pengarang langsung memunculkan klimaks (puncak ketegangan) dan
penampilan masalah yaitu Firdaus yang divonis hukuman mati karena telah
membunuh seorang germo. Penulis semakin tertarik dan penasaran tentang Firdaus
yang telah banyak diceritakan oleh dokter penjara kepadanya. Penulis telah
berjumpa dengan Firdaus di Penjara Qanatir beberapa tahun lalu. Kata dokter
penjara Firdaus berbeda dari wanita lain, ia menolak semua pengunjung, dan
tidak mau berbicara dengan siapapun juga. Pertama kali, Firdaus menolak untuk
bertemu dengannya, tapi kemudian dia setuju untuk bertemu penulis. Sedikit demi
sedikit Firdaus menceritakan perjalanan hidupnya dari sejak masa kecilnya di
desa hingga ia menjadi pelacur kelas atas di kota Kairo.
Kisah hidupnya yang makin lama makin membuat
penulis tergugah dan takjub terhadap Firdaus yang begitu luar biasa dibanding
wanita lainnya. Firdaus yang menantang dan melawan kekuatan-kekuatan tertentu
yang telah merampas hak manusia untuk hidup, untuk bercinta dan menikmati
kebebasan yang nyata. Firdaus yang mempunyai keberanian untuk mengungkapkan
kebenaran. Oleh karena dunia penuh dusta, Firdaus harus membayar harganya
dengan kematian. Dari balik sel penjara, Firdaus yang divonis hukuman mati
karena telah membunuh seorang germo. Firdaus menyambut gembira hukuman gantung
itu. Bahkan dengan tegas ia menolak grasi kepada presiden yang diusulkan oleh
dokter penjara agar hukumannya dapat diubah menjadi hukuman kurungan badan
seumur hidup. Menurut Firdaus, vonis itu justru merupakan satu-satunya jalan
menuju kebebasan sejati.
3. Sudut
Pandang/Point of View
Sudut pandang yang digunakan oleh pengarang
dalam novel ini adalah sudut pandang orang pertama pelaku sampingan. Hal ini
dikarenakan pengarang berperan sebagai pelaku yang menceritakan tentang
kenginannya bertemu dengan Firdaus. Pengarang berperan sebagai pelaku yang
serba tidak tahu. Pengarang hanya mendengarkan cerita dari tokoh utama yang
bernama Firdaus.
4. Latar/Setting
Tempat yang menjadi latar karya sastra yang
berbentuk novel ini adalah Penjara Qanatir. Karena di penjara tersebut tokoh
sentral bernama Firdaus menceritakan liku-liku kehidupannya.Dari sejak masa
kecilnya di desa hingga ia menjadi pelacur kelas atas di kota Kairo dan
penyebab mengapa ia sampai dipenjara karena telah membunuh seorang germo.
5. Amanat
Amanat dalam karya sastra yang berbentuk
novel ini adalah keberanian. Seorang wanita bernama Firdaus yang berani
mengungkapkan kebenaran dan berani menanggung risiko atas perbuatan yang telah
dilakukannya yaitu membunuh germo. Firdaus yang melawan rasa takut, rasa malu,
dan melawan kebohongan-kebohongan yang terjadi di sekelilingnya. Firdaus yang
bersikukuh menantang dan melawan kekuatan-kekuatan tertentu yang telah merampas
hak manusia untuk hidup, untuk bercinta dan menikmati kebebasan yang nyata.
Memang kebenaran itu adalah liar dan berbahaya, tetapi untuk mengungkapkannya kita harus
membutuhkan keberanian yang melawan rasa takut, rasa malu, dan melawan
kebohongan-kebohongan yang terjadi di sekeliling kita. Amanat yang lain yang
terdapat dalam novel ini adalah jangan terlalu mudah percaya kepada orang lain
yang baru dikenal karena mereka belum tentu baik apalagi pergi dengan orang
yang baru dikenal tersebut.
6. Gaya
Bahasa
Gaya bahasa yang di pakai pengarang
mengandung majas hiperbola yaitu majas yang berlebih-lebihan. “Mata yang
mematikan, seperti sebilah pisau, menusuk-nusuk, menyayat jauh ke dalam.”
7. Tokoh
dan Penokohan
1) Firdaus
sebagai tokoh sentral (tokoh
utama) merupakan tokoh wanita yang berani mengungkapkan kebenaran melawan rasa
takut, rasa malu, dan melawan kebohongan-kebohongan yang berada
disekelilingnya, Firdaus berani
menanggung risiko atas perbuatan yang telah dilakukannya yaitu membunuh germo
dan Firdaus orang yang mudah putus asa hanya karena ingin cepat menuju
kebebasan sejati ia rela mati atas perbuatan yang telah ia lakukan. Firdaus
orang yang pesimis terhadap semua lelaki, padahal tidak semua lelaki itu jahat,
ada sebagian yang baik, meskipun susah ditemukan.
“Saya bukan seorang
pelacur. Tetapi sejak semula, ayah, paman, suami saya, mereka semua,
mengajarkan untuk menjadi dewasa sebagai pelacur.”
“Ia tak pernah
mengajariku untuk membunuh. Ia membiarkan saya mempelajarinya sendiri sewaktu
saya menjalani kehidupan.”
“Saya seorang
pembunuh, tetapi saya tidak melakukan kejahatan. Seperti kalian. Saya hanya
membunuh penjahat.”
“Bagi saya perbuatan
raja dan pangeran tidaklah lebih dari kejahatan, karena pendapatku berlainan
dengan kau.”
“Ibuku bukan
penjahat. Tak ada perempuan yang dapat menjadi penjahat. Untuk menjadi penjahat
hanyalah lelaki.”
“Saya mengatakan
bahwa kamu semua adalah penjahat, kamu semua: para ayah, paman, suami, germo,
pengacara, dokter, wartawan, dan semua lelaki dari semua profesi.”
“Saya mengatakan yang
sebenarnya. Dan kebenaran itu adalah liar dan berbahaya.”
“Tetapi saya tidak
mau dibebaskan dan saya tidak mau minta pengampunan atas kejahatan saya. Apa
yang disebut kejahatan bukanlah kejahatan.”
“Jika saya keluar
lagi dan memasuki kehidupan yang menjadi milikmu, saya tidak akan berhenti
membunuh. Jadi apa gunanya saya menyampaikan pengampunan kepada presiden?”
“Setiap orang harus
mati. Saya lebih suka mati karena kejahatan yang saya lakukan daripada mati
untuk kejahatan yang kau lakukan.”
2) Ayah
Firdaus seorang petani miskin, yang tak dapat membaca maupun menulis, sedikit
pengetahuannya dalam kehidupan. Ayahnya
sering memukul istrinya dan memperbudaknya tiap malam.
3) Ibu
Firdaus pernah memukul firdaus karena firdaus menanyakan “Apa sebabnya Ibu
sampai melahirkan saya tanpa seorang ayah?” dan ibunya membawa seorang wanita
yang membawa sebilah pisau kecil atau barangkali pisau cukur. Mereka memotong
secuil daging di antara kedua paha saya.
4) Paman
Firdaus tidak muda lagi, ia seorang syekh yang terhormat, terpelajar dalam hal
ajaran agama, kadang ia mengajarkan
Firdaus membaca dan menulis, Pamannya kadang menidurinya. Pamannya juga
menyekolahkannya sampai ke tingkat sekolah menengah.
5) Istri
Paman pelit tidak mau merawat Firdaus di
rumahnya,ia mata duitan, ia juga pesimis dan menganggap remeh Firdaus, katanya
firdaus tidak bisa bekerja atau mencari pekerjaan dengan ijazah sekolah
menengah yang dimilikinya. Istri paman bersepakat dengan paman untuk mengawini
Firdaus dengan Syekh Mahmoud dan meminta uang kepada Syekh Mahmoud sebagai mas
kawin.
6) Syekh
Mahmoud suami Firdaus pelit, ia sering memukul Firdaus, ia seorang yang
terhormat, punya pension yang besar dan tak memiliki anak, istrinya yang
sebelumnya pun telah meninggal, ia jorok memiliki bisul yang bernanah di
wajahnya.
7) Nona
Iqbal guru yang baik disukai Firdaus sewaktu sekolah menengah, ia bersifat cuek
tapi peduli terhadap Firdaus.
8) Sharifa
Salah el Dine orang yang baik, memberi
pekerjaan kepada Firdaus.
9) Mahmoud,
Hassanain, Fawzy, Sabri, Ibrahim, Awadain, Bayoumi “Siapa saja diantara mereka
itu, tak kan ada bedanya. Mereka itu sama saja, semua anak
anjing, berkeliaran dimana-mana dengan nama macam-macam.”
10) Ibrahim
adalah lelaki yang dicintai Firdaus tetapi ia ternyata hanya memanfaatkan
firdaus untuk kepuasannya saja.
11) Di’aa
adalah teman Firdaus. Firdaus lebih suka kepadanya daripada kawan-kawan
lainnya,karena Di’aa
seorang lelaki berpendidikan. Tetapi Ternyata Di’aa sama saja dengan Lelaki lain
yang hanya memanfaatkan Firdaus untuk kepuasan mereka saja.
12) Pangeran
Arab juga membayarnya dengan harga tinggi untuk melakukan hubungan tersebut.
13) Germo
laki-laki yang memaksa Firdaus untuk mengawininya dan kalau tidak ia ingin
bekerja sama dengan Firdaus karena Firdaus Pelacur sukses yang banyak uangnya,
yang dibayar tinggi oleh para pejabat, pengusaha, dan lain-lain. Firdaus yang
menentukan mau atau tidak dan bayarannya. Germo laki-laki hampir membunuhnya
dengan sebuah pisau yang dikeluarkan dalam kantungnya, tetapi tangan saya lebih
cepat dari tangannya. Firdaus heran dengan perbuatan yang dilakukannya, ia
tidak pernah menikam lelaki, entah darimana kekuatan itu datang.
14) Para
ayah, paman, suami, germo, pengacara, dokter, wartawan, pangeran Arab, dan
semua lelaki dari semua profesi semua penjahat. Firdaus berkata “Saya dapat
pula mengetahui, bahwa semua yang memerintah adalah laki-laki. Persamaan
diantara mereka adalah kerakusan dan kepribadian yang penuh distorsi, nafsu
tanpa batas mengumpul duit, mendapatkan seks dan kekuasaan tanpa batas. Mereka
adalah lelaki yang menaburkan korupsi di bumi, yang merampas rakyat mereka,
yang bermulut besar, berkesanggupan untuk membujuk, memilih kata-kata manis,
dan menembakkan panah beracun. Karena itu, kebenaran tentang mereka hanya
terbuka setelah mereka mati.”
15) Pengarang/penulis
bernama Nawal el-Saadawi sebagai tokoh utama pelaku sampingan berani untuk
mengungkapkan pengalaman yang diceritakan Firdaus, ia pejuang hak-hak wanita.
B.
Unsur Ekstrinsik (Unsur
Luar)
Unsur ekstrinsik adalah unsur pembangun karya sastra
yang berasal dari luar karya sastra itu sendiri atau juga bisa disebut unsur
yang terdapat/berada di luar karya sastra. Unsur-unsur ekstrinsik sebuah novel
yang di analisis tentang moral diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Hati
Nurani
Hati nurani Firdaus sebenarnya baik, jujur,
pintar dan bertanggung jawab, tetapi
karena sikap polos dan lembut seperti anak kecil yang belum belajar berdusta ia
dimanfaatkan semua lelaki yang ia kenal. Lelaki yang dikenalnya jahat, mempunyai hasrat dan nafsu
yang tinggi. Sikap keberanian Firdaus patut kita tiru yaitu ia berani mengungkapkan
kebenaran dan melawan rasa takut, rasa malu, dan melawan kebohongan-kebohongan
yang terjadi di sekelilingnya.
2. Kebebasan
dan Tanggung Jawab
Firdaus sebagai pelacur yang sukses ia
menginginkan kebebasan dan ingin mengatur dan menentukan jalan hidupnya
sendiri. Tanggung
jawab Firdaus, Firdaus memasak dan menghidangkan makanan untuk suaminya.
Firdaus bertanggung jawab atas apa yang telah
ia lakukan yaitu ia telah jujur membunuh seorang germo walaupun tidak ada orang
yang tahu dan ia sanggup menerima risiko atas perbuatannya.
3. Hak
dan Kewajiban
Firdaus bersikukuh menantang dan melawan
kekuatan-kekuatan tertentu yang telah merampas hak manusia untuk hidup, untuk
bercinta dan menikmati kebebasan yang nyata.
Kewajiban yang telah dilakukan Firdaus. Ia
telah mengungkap kebenaran dengan keberaniannya bahwa semua lelaki itu jahat
dan kejam. Lelaki yang memaksa perempuan menjual tubuh mereka dengan harga
tertentu.
4. Nilai
dan Norma
Nilai sosial adalah seperangkat pandangan
tentang apa yang dianggap baik atau buruk dalam masyarakat. Klasifikasi nilai
sosial:
1) Nilai
kebenaran di dalam novel ini telah diungkapkan oleh Firdaus yang telah deceritakan
olel Nawal el-Saadawi bahwa semua lelaki itu jahat dan kejam. Lelaki yang
memaksa perempuan menjual tubuh mereka dengan harga tertentu.
2) Nilai
moral (etika) di dalam novel ini Firdaus yang mau menerima
risiko atas perbuatan buruk yang telah dilakukannya karena ia ingin mengungkap
kebenaran yang sesungguhnya.
Norma sosial adalah peraturan-peraturan sosial yang bersifat memaksa agar individu atau kelompok berperilaku sesuai dengan norma-norma tersebut. Berbeda dengan nilai, norma sosial bersifat konkrit serta memiliki sanksi yang jelas dan tegas bagi yang melanggarnya. Norma hukum adalah aturan sosial yang dibuat oleh lembaga pemerintah, norma hukum yang berlaku pada Firdaus memang pantas, tetapi setidaknya orang-orang disekelilingnya atau para polisi atau presiden lebih berusaha mengetahui apa penyebab Firdaus membunuh germo tersebut.
Norma sosial adalah peraturan-peraturan sosial yang bersifat memaksa agar individu atau kelompok berperilaku sesuai dengan norma-norma tersebut. Berbeda dengan nilai, norma sosial bersifat konkrit serta memiliki sanksi yang jelas dan tegas bagi yang melanggarnya. Norma hukum adalah aturan sosial yang dibuat oleh lembaga pemerintah, norma hukum yang berlaku pada Firdaus memang pantas, tetapi setidaknya orang-orang disekelilingnya atau para polisi atau presiden lebih berusaha mengetahui apa penyebab Firdaus membunuh germo tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar