Jumat, 15 Mei 2015

Analisis Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Novel PEREMPUAN DI TITIK NOL Karya Nawal el-Saadawi



Analisis Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Novel
PEREMPUAN DI TITIK NOL
Pengarang: Nawal el-Saadawi
Oleh: Fybria Rahma R

Novel adalah karya sastra yang dibangun oleh dua unsur, yaitu:
A. Unsur Intrisik (Unsur Dalam)
            Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra dari dalam atau bisa juga disebut unsur yang terdapat/berada di dalam suatu karya sastra. Unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam sebuah novel terdiri dari:
1.    Tema
Pada intinya novel ini mengisahkan tentang kehidupan seorang wanita sejati yang bernama Firdaus. Novel ini didasari pada kisah nyata. Ditulis dan diceritakan oleh Nawal el-Saadawi yang adalah seorang dokter perempuan Mesir yang juga berprofesi sebagai penulis.
Dari balik sel Penjara Qanatir. Berada dalam sebuah kamar yang pintu dan jendelanya selalu ditutup. Firdaus yang divonis hukuman gantung karena telah membunuh seorang germo laki-laki mengisahkan liku-liku kehidupannya. Dari sejak masa kecilnya di desa hingga ia menjadi pelacur kelas atas di kota Kairo. Firdaus adalah kisah seorang wanita yang telah didorong oleh rasa putus asa ke pojok yang paling kelam. Wanita ini, sekalipun muak dan putus asa, ia menyambut gembira hukuman gantung itu. Bahkan dengan tegas ia menolak grasi kepada presiden agar hukumannya dapat diubah menjadi hukuman kurungan badan seumur hidup yang diusulkan oleh dokter penjara. Menurut Firdaus, vonis itu justru merupakan satu-satunya jalan menuju kebebasan sejati. Ironis memang, karena Firdaus bersikukuh menantang dan melawan kekuatan-kekuatan tertentu yang telah merampas hak manusia untuk hidup, untuk bercinta dan menikmati kebebasan yang nyata.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tema novel ini adalah tentang keberanian. Seorang wanita sejati bernama Firdaus yang berani mengungkapkan kebenaran.

2.    Alur/Plot
Novel ini beralur mundur, karena pada awal ceritanya itu penulis menjelaskan tentang pengalamannya yang melakukan penelitian mengenai kepribadian suatu kelompok wanita yang dipenjarakan dan ditahan, karena dijatuhi hukuman atau dituduh melakukan berbagai pelanggaran. Penulis atau pengarang langsung memunculkan klimaks (puncak ketegangan) dan penampilan masalah yaitu Firdaus yang divonis hukuman mati karena telah membunuh seorang germo. Penulis semakin tertarik dan penasaran tentang Firdaus yang telah banyak diceritakan oleh dokter penjara kepadanya. Penulis telah berjumpa dengan Firdaus di Penjara Qanatir beberapa tahun lalu. Kata dokter penjara Firdaus berbeda dari wanita lain, ia menolak semua pengunjung, dan tidak mau berbicara dengan siapapun juga. Pertama kali, Firdaus menolak untuk bertemu dengannya, tapi kemudian dia setuju untuk bertemu penulis. Sedikit demi sedikit Firdaus menceritakan perjalanan hidupnya dari sejak masa kecilnya di desa hingga ia menjadi pelacur kelas atas di kota Kairo.
Kisah hidupnya yang makin lama makin membuat penulis tergugah dan takjub terhadap Firdaus yang begitu luar biasa dibanding wanita lainnya. Firdaus yang menantang dan melawan kekuatan-kekuatan tertentu yang telah merampas hak manusia untuk hidup, untuk bercinta dan menikmati kebebasan yang nyata. Firdaus yang mempunyai keberanian untuk mengungkapkan kebenaran. Oleh karena dunia penuh dusta, Firdaus harus membayar harganya dengan kematian. Dari balik sel penjara, Firdaus yang divonis hukuman mati karena telah membunuh seorang germo. Firdaus menyambut gembira hukuman gantung itu. Bahkan dengan tegas ia menolak grasi kepada presiden yang diusulkan oleh dokter penjara agar hukumannya dapat diubah menjadi hukuman kurungan badan seumur hidup. Menurut Firdaus, vonis itu justru merupakan satu-satunya jalan menuju kebebasan sejati.

3.    Sudut Pandang/Point of View
Sudut pandang yang digunakan oleh pengarang dalam novel ini adalah sudut pandang orang pertama pelaku sampingan. Hal ini dikarenakan pengarang berperan sebagai pelaku yang menceritakan tentang kenginannya bertemu dengan Firdaus. Pengarang berperan sebagai pelaku yang serba tidak tahu. Pengarang hanya mendengarkan cerita dari tokoh utama yang bernama Firdaus.

4.    Latar/Setting
Tempat yang menjadi latar karya sastra yang berbentuk novel ini adalah Penjara Qanatir. Karena di penjara tersebut tokoh sentral bernama Firdaus menceritakan liku-liku kehidupannya.Dari sejak masa kecilnya di desa hingga ia menjadi pelacur kelas atas di kota Kairo dan penyebab mengapa ia sampai dipenjara karena telah membunuh seorang germo.

5.    Amanat
Amanat dalam karya sastra yang berbentuk novel ini adalah keberanian. Seorang wanita bernama Firdaus yang berani mengungkapkan kebenaran dan berani menanggung risiko atas perbuatan yang telah dilakukannya yaitu membunuh germo. Firdaus yang melawan rasa takut, rasa malu, dan melawan kebohongan-kebohongan yang terjadi di sekelilingnya. Firdaus yang bersikukuh menantang dan melawan kekuatan-kekuatan tertentu yang telah merampas hak manusia untuk hidup, untuk bercinta dan menikmati kebebasan yang nyata. Memang kebenaran itu adalah liar dan berbahaya, tetapi untuk mengungkapkannya kita harus membutuhkan keberanian yang melawan rasa takut, rasa malu, dan melawan kebohongan-kebohongan yang terjadi di sekeliling kita. Amanat yang lain yang terdapat dalam novel ini adalah jangan terlalu mudah percaya kepada orang lain yang baru dikenal karena mereka belum tentu baik apalagi pergi dengan orang yang baru dikenal tersebut.

6.    Gaya Bahasa
Gaya bahasa yang di pakai pengarang mengandung majas hiperbola yaitu majas yang berlebih-lebihan. “Mata yang mematikan, seperti sebilah pisau, menusuk-nusuk, menyayat jauh ke dalam.”

7.    Tokoh dan Penokohan
1)    Firdaus sebagai tokoh sentral (tokoh utama) merupakan tokoh wanita yang berani mengungkapkan kebenaran melawan rasa takut, rasa malu, dan melawan kebohongan-kebohongan yang   berada disekelilingnya, Firdaus berani menanggung risiko atas perbuatan yang telah dilakukannya yaitu membunuh germo dan Firdaus orang yang mudah putus asa hanya karena ingin cepat menuju kebebasan sejati ia rela mati atas perbuatan yang telah ia lakukan. Firdaus orang yang pesimis terhadap semua lelaki, padahal tidak semua lelaki itu jahat, ada sebagian yang baik, meskipun susah ditemukan.
“Saya bukan seorang pelacur. Tetapi sejak semula, ayah, paman, suami saya, mereka semua, mengajarkan untuk menjadi dewasa sebagai pelacur.”
“Ia tak pernah mengajariku untuk membunuh. Ia membiarkan saya mempelajarinya sendiri sewaktu saya menjalani kehidupan.”
“Saya seorang pembunuh, tetapi saya tidak melakukan kejahatan. Seperti kalian. Saya hanya membunuh penjahat.”
“Bagi saya perbuatan raja dan pangeran tidaklah lebih dari kejahatan, karena pendapatku berlainan dengan kau.”
“Ibuku bukan penjahat. Tak ada perempuan yang dapat menjadi penjahat. Untuk menjadi penjahat hanyalah lelaki.”
“Saya mengatakan bahwa kamu semua adalah penjahat, kamu semua: para ayah, paman, suami, germo, pengacara, dokter, wartawan, dan semua lelaki dari semua profesi.”
“Saya mengatakan yang sebenarnya. Dan kebenaran itu adalah liar dan berbahaya.”
“Tetapi saya tidak mau dibebaskan dan saya tidak mau minta pengampunan atas kejahatan saya. Apa yang disebut kejahatan bukanlah kejahatan.”
“Jika saya keluar lagi dan memasuki kehidupan yang menjadi milikmu, saya tidak akan berhenti membunuh. Jadi apa gunanya saya menyampaikan pengampunan kepada presiden?”
“Setiap orang harus mati. Saya lebih suka mati karena kejahatan yang saya lakukan daripada mati untuk kejahatan yang kau lakukan.”
2)    Ayah Firdaus seorang petani miskin, yang tak dapat membaca maupun menulis, sedikit pengetahuannya dalam kehidupan. Ayahnya sering memukul istrinya dan memperbudaknya tiap malam.
3)    Ibu Firdaus pernah memukul firdaus karena firdaus menanyakan “Apa sebabnya Ibu sampai melahirkan saya tanpa seorang ayah?” dan ibunya membawa seorang wanita yang membawa sebilah pisau kecil atau barangkali pisau cukur. Mereka memotong secuil daging di antara kedua paha saya.
4)    Paman Firdaus tidak muda lagi, ia seorang syekh yang terhormat, terpelajar dalam hal ajaran agama,  kadang ia mengajarkan Firdaus membaca dan menulis, Pamannya kadang menidurinya. Pamannya juga menyekolahkannya sampai ke tingkat sekolah menengah.
5)    Istri Paman pelit  tidak mau merawat Firdaus di rumahnya,ia mata duitan, ia juga pesimis dan menganggap remeh Firdaus, katanya firdaus tidak bisa bekerja atau mencari pekerjaan dengan ijazah sekolah menengah yang dimilikinya. Istri paman bersepakat dengan paman untuk mengawini Firdaus dengan Syekh Mahmoud dan meminta uang kepada Syekh Mahmoud sebagai mas kawin.
6)    Syekh Mahmoud suami Firdaus pelit, ia sering memukul Firdaus, ia seorang yang terhormat, punya pension yang besar dan tak memiliki anak, istrinya yang sebelumnya pun telah meninggal, ia jorok memiliki bisul yang bernanah di wajahnya.
7)    Nona Iqbal guru yang baik disukai Firdaus sewaktu sekolah menengah, ia bersifat cuek tapi peduli terhadap Firdaus.
8)    Sharifa Salah el Dine orang yang baik, memberi pekerjaan kepada Firdaus.
9)    Mahmoud, Hassanain, Fawzy, Sabri, Ibrahim, Awadain, Bayoumi “Siapa saja diantara mereka itu, tak kan ada bedanya. Mereka itu sama saja, semua anak anjing, berkeliaran dimana-mana dengan nama macam-macam.”
10) Ibrahim adalah lelaki yang dicintai Firdaus tetapi ia ternyata hanya memanfaatkan firdaus untuk kepuasannya saja.
11) Di’aa adalah teman Firdaus. Firdaus lebih suka kepadanya daripada kawan-kawan lainnya,karena Di’aa seorang lelaki berpendidikan. Tetapi Ternyata Di’aa sama saja dengan Lelaki lain yang hanya memanfaatkan Firdaus untuk kepuasan mereka saja.
12) Pangeran Arab juga membayarnya dengan harga tinggi untuk melakukan hubungan tersebut.
13) Germo laki-laki yang memaksa Firdaus untuk mengawininya dan kalau tidak ia ingin bekerja sama dengan Firdaus karena Firdaus Pelacur sukses yang banyak uangnya, yang dibayar tinggi oleh para pejabat, pengusaha, dan lain-lain. Firdaus yang menentukan mau atau tidak dan bayarannya. Germo laki-laki hampir membunuhnya dengan sebuah pisau yang dikeluarkan dalam kantungnya, tetapi tangan saya lebih cepat dari tangannya. Firdaus heran dengan perbuatan yang dilakukannya, ia tidak pernah menikam lelaki, entah darimana kekuatan itu datang.
14) Para ayah, paman, suami, germo, pengacara, dokter, wartawan, pangeran Arab, dan semua lelaki dari semua profesi semua penjahat. Firdaus berkata “Saya dapat pula mengetahui, bahwa semua yang memerintah adalah laki-laki. Persamaan diantara mereka adalah kerakusan dan kepribadian yang penuh distorsi, nafsu tanpa batas mengumpul duit, mendapatkan seks dan kekuasaan tanpa batas. Mereka adalah lelaki yang menaburkan korupsi di bumi, yang merampas rakyat mereka, yang bermulut besar, berkesanggupan untuk membujuk, memilih kata-kata manis, dan menembakkan panah beracun. Karena itu, kebenaran tentang mereka hanya terbuka setelah mereka mati.”
15) Pengarang/penulis bernama Nawal el-Saadawi sebagai tokoh utama pelaku sampingan berani untuk mengungkapkan pengalaman yang diceritakan Firdaus, ia pejuang hak-hak wanita.

B. Unsur Ekstrinsik (Unsur Luar)
            Unsur ekstrinsik adalah unsur pembangun karya sastra yang berasal dari luar karya sastra itu sendiri atau juga bisa disebut unsur yang terdapat/berada di luar karya sastra. Unsur-unsur ekstrinsik sebuah novel yang di analisis tentang moral diantaranya adalah sebagai berikut:
1.    Hati Nurani
Hati nurani Firdaus sebenarnya baik, jujur, pintar dan bertanggung jawab, tetapi karena sikap polos dan lembut seperti anak kecil yang belum belajar berdusta ia dimanfaatkan semua lelaki yang ia kenal. Lelaki yang dikenalnya jahat, mempunyai hasrat dan nafsu yang tinggi. Sikap keberanian Firdaus patut kita tiru yaitu ia berani mengungkapkan kebenaran dan melawan rasa takut, rasa malu, dan melawan kebohongan-kebohongan yang terjadi di sekelilingnya.

2.    Kebebasan dan Tanggung Jawab
Firdaus sebagai pelacur yang sukses ia menginginkan kebebasan dan ingin mengatur dan menentukan jalan hidupnya sendiri. Tanggung jawab Firdaus, Firdaus memasak dan menghidangkan makanan untuk suaminya.
Firdaus bertanggung jawab atas apa yang telah ia lakukan yaitu ia telah jujur membunuh seorang germo walaupun tidak ada orang yang tahu dan ia sanggup menerima risiko atas perbuatannya.

3.    Hak dan Kewajiban
Firdaus bersikukuh menantang dan melawan kekuatan-kekuatan tertentu yang telah merampas hak manusia untuk hidup, untuk bercinta dan menikmati kebebasan yang nyata.
Kewajiban yang telah dilakukan Firdaus. Ia telah mengungkap kebenaran dengan keberaniannya bahwa semua lelaki itu jahat dan kejam. Lelaki yang memaksa perempuan menjual tubuh mereka dengan harga tertentu.

4.    Nilai dan Norma
Nilai sosial adalah seperangkat pandangan tentang apa yang dianggap baik atau buruk dalam masyarakat. Klasifikasi nilai sosial:
1)    Nilai kebenaran di dalam novel ini telah diungkapkan oleh Firdaus yang telah deceritakan olel Nawal el-Saadawi bahwa semua lelaki itu jahat dan kejam. Lelaki yang memaksa perempuan menjual tubuh mereka dengan harga tertentu.
2)    Nilai moral (etika) di dalam novel ini Firdaus yang mau menerima risiko atas perbuatan buruk yang telah dilakukannya karena ia ingin mengungkap kebenaran yang sesungguhnya.

          Norma sosial adalah peraturan-peraturan sosial yang bersifat memaksa agar individu atau kelompok berperilaku sesuai dengan norma-norma tersebut. Berbeda dengan nilai, norma sosial bersifat konkrit serta memiliki sanksi yang jelas dan tegas bagi yang melanggarnya. Norma hukum adalah  aturan sosial yang dibuat oleh lembaga pemerintah, norma hukum yang berlaku pada Firdaus memang pantas, tetapi setidaknya orang-orang disekelilingnya atau para polisi atau presiden lebih berusaha mengetahui apa penyebab Firdaus membunuh germo tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar