Jumat, 15 Mei 2015

LAPORAN BUKU Prinsip-prinsip Dasar Sastra

BAB I
PENDAHULUAN

A.           Identitas Buku
Judul Buku      : Prinsip-prinsip Dasar Sastra
Penulis             : Henry Guntur Tarigan
Penerbit           : Angkasa
Kota Terbit      : Bandung
Tahun Terbit   : 2011
Edisi                  : Edisi Revisi Tahun 2011
Tebal Buku      : 249

B.            Garis Besar Isi Buku
Bab 1 Prinsip-prinsip Dasar Puisi
1.      Pengantar ke Masalah
2.      Apa yang disebut Puisi?
3.      Hakikat Puisi
4.      Metode Puisi
5.      Hubungan Hakikat dengan Metode Puisi
6.      Maksud dan Tujuan Puisi
7.      Lahirnya Sebuah Puisi
8.      Menikmati dan Menilai Puisi

Bab 2 Prinsip-prinsip Dasar Drama
1.      Pengantar ke Masalah
2.      Apa yang disebut Drama?
3.      Drama dan Teater
4.      Unsur-unsur Drama
5.      Jenis-jenis Drama
6.      Prinsip Goethe dalam Drama

7.      Pentas Drama
8.      Drama dalam Pendidikan

Bab 3 Prinsip-prinsip Dasar Fiksi
1.      Pengantar ke Masalah
2.      Apakah yang disebut Fiksi?
3.      Unsur-unsur Fiksi
4.      Klasifikasi Fiksi
5.      Novel
6.      Novelet
7.      Cerita Pendek
8.      Pertanyaan Pembimbing Meresensi Fiksi

Bab 4 Prinsip-prinsip Dasar Kritik Sastra
1.      Pengantar ke Masalah
2.      Apa yang disebut Kritik Sastra?
3.      Prinsip Dasar Kritik Sastra
4.      Falsafah Kritik Sastra
5.      Fungsi Kritik Sastra
6.      Jenis-jenis Kritik Sastra
7.      Tipe-tipe Kritikus Sastra
8.      Kritikus Sastra dan Sarjana Sastra
9.      Kritik Sastra dan Apresiasi Sastra
10.  Kritik Sastra dan Esai
11.  Syarat-syarat Kritik Sastra Indonesia

BAB II
LAPORAN BAGIAN BUKU

A.           Bab 1 Prinsip-prinsip Dasar Puisi
1.         Pengantar ke Masalah
Banyak pengarang yang telah mengemukakan pengertian puisi menurut pendapatnya masing-masing. Karena itu kita pun sulit untuk memberi batasan terhadap puisi. Terkadang dalam membaca dan mendengar puisi pun kita mengalami kesulitan untuk memahami dan menghayatinya. Jadi, dalam bab 1 ini akan dibahas tentang apa sebenarnya puisi itu, apa hakikatnya, bagaimana metodenya, bagaimana hubungan hakikat dengan metode, apa maksud dan tujuan puisi, apa perbedaan antara prosa dengan puisi, dan bagaimana proses lahirnya sebuah puisi. Dengan itu maka terbukalah jalan bagi kita untuk bisa mengerti, menikmati, dan menghayati puisi itu. Hal-hal yang telah diutarakan di atas akan dapat menumbuhkan dan menambah apresiasi kita terhadap puisi.

2.         Apa yang disebut Puisi?
Kata puisi berasal dari bahasa Yunani poiesis yang berarti penciptaan. Arti inilama kelamaan semakin dipersempit ruang lingkupnya menjadi hasil seni sastra, yang kata-katanya disusun menurut syarat-syarat tertentu dengan menggunakan irama, sajak dan kadang-kadang kata-kata kiasan. Banyak pengarang yang memberi pengertian terhadap puisi. Ada yang mempunyai pandangan berbeda dan sama terhadap puisi. Hal itu terjadi karena konsepsi dan pandangan mereka yang berbeda mengenai puisi. Sehingga sulit untuk memperoleh kata sepakat untuk membatasi  kata puisi tersebut.
Menurut Emerson, ide atau gagasan merupakan bagian yang vital dari puisi. Sedangkan bagi Poe, yang merupakan unsur utama dari puisi adalah keselarasan dan keharmonisan. Ada pula beberapa pengarang yang menghubungkan puisi dengan musik. Samuel Johnson berpendapat bahwa puisi adalah peluapan spontan dari perasaan-perasaan yang penuh daya, dia bercikal-bakal dari emosi yang berpadu kembali dalam kedamaian. Selain itu, bagi Byron puisi merupakan lava imajinasi, yang letusannya mencegah timbulnya gempa bumi. Emily Dickinson dan Edgar Allan Poe mengemukakan pendapatnya tentang puisi berdasarkan perasaan yang menjadi ukuran yang dipakainya untuk menilai suatu puisi.
Selanjutnya akan kita ketengahkan pula beberapa pendapat yang mengatakan puisi adalah ekspresi dari pengalaman manusia menurut Watts- Dunton dan Lascelle Abercrombie. Oleh karena setiap  puisi merupakan ekspresi dari pengalaman imajinatif manusia, maka pertama sekali yang kita peroleh, bila kita membaca suatu puisi adalah pengalaman. Dapat kita beri batasan terhadap puisi berdasarkan pendapat pengarang di atas bahwa puisi itu adalah ekpresi pengalaman manusia yang diutarakan dengan perasaan, yang bersifat imajinatif dan iramanya selaras yang terdapat dalam kata-kata yang telah dituangkan dalam puisi melalui bahasa sebagai mediumnya.

3.         Hakikat Puisi
Puisi memiliki hakikat yang dapat disimpulkan menurut Richards bahwa puisi itu terdiri atas: (1) tema makna (sense), (2) rasa (feeling), (3) nada (tone), dan (4) amanat; tujuan;maksud (intention).
Puisi itu diciptakan oleh penyair. Penyair menciptakan puisi dengan mengemukakan pengalaman yang terjadi pada dirinya serta lingkungannya yang mempunyai tema dan makna tertentu. Penyair dengan perasaanya dalam menciptakan puisi dapat membuat pembaca tergugah hatinya dan menjatuhkan air mata bagi para penikmatnya. Puisi yang dibaca akan menggugah emosi bagi pembaca dan penikmatnya. Nada akan timbul dari rasa, tema, makna dengan kata-kata yang dipilihnya dengan tepat. Puisi yang diciptakan penyair memiliki amanat, maksud, dan tujuan tersendiri baik itu secara eksplisit maupun implisit.

4.         Metode Puisi
Puisi memiliki metode dan sarana-sarananya yang terdiri atas: (1) diksi (diction), (2) imaji (imagery), (3) kata nyata (the concrete word), (4) majas (figurative langage), dan (5) ritme dan rima (rhythm and rime).
Penyair menciptakan puisi dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Bahasa yang digunakan penyair akan ditentukan dengan pilihan kata (diksi) yang tepat untuk digunakan. Kata yang digunakan dalam menciptakan puisi dengan menggunakan diksi (pilihan kata) yang tepat, imajinasi yang dimiliki penyair, majas (kata kiasan) yang dipakai penyair, dan kata nyata yang dipakai penyair bertujuan untuk menggugah hati pembaca dan penikmat puisi. Ritme atau irama (turun naiknya suara) dan rima (persamaan bunyi) akan timbul  dengan kata-kata yang bagus dan tepat yang terdapat dalam sebuah puisi yang berkaitan erat dengan isi puisi tersebut (makna, rasa, nada dan tujuan).

5.         Hubungan Hakikat dengan Metode Puisi
Hakikat dan metode puisi saling bergantung, saling berhubungan satu sama lain. Suatu puisi dapat dikatakan indah, bila terdapat keharmonisan dan keselarasan antara hakikat dengan metodenya. Puisi mentransformasikan (mengubah) makna, rasa, nada, dan amanat ke dalam pengalaman, ke dalam hidup itu sendiri karena penyair menggunakan bahasa sebagai mediumnya yaitu diksi (pilihan kata) yang tepat, imajinasi yang sesuai, kata nyata yang sesuai dengan isi, majas (kata kiasan) yang tepat, dan sehingga menghasilkan ritme atau irama dan rima yang bagus.

6.         Maksud dan Tujuan Puisi
Perbedaan puisi dan prosa menurut Mirrielees yaitu sebagai berikut:
1)        Prosa:
a)    Terutama sekali bersifat menerangkan, menceritakan. Oleh sebab itu, membutuhkan ruangan yang lebih luas.
b)   Terutama sekali berbicara pada otak kita.
c)    Walaupun tidak begitu banyak, prosa dapat juga mengandung unsur-unsur yang dimiliki oleh puisi.


2)        Puisi:
a)    Terutama sekali bersifat menggambarkan, melukiskan. Oleh karena itu, ruangannya relatif lebih kecil.
b)   Berbicara kepada otak melalui ide yang dikandungnya, berbicara kepada hati nurani kita melalui emosi yang dikandungnya, berbicara kepada telinga kita melalui musik atau lagu yang dikandungnya, berbicara kepada mata kita melalui gambaran atau lukisan yang disajikannya, dan berbicara kepada tubuh kita melalui ritme atau irama yang didendangkannya.
c)    Lebih dari prosa, puisi merupakan suatu kebulatan yang utuh yang tidak dapat dipecah-pecah sekehendak hati kita.

Setelah mengetahui perbedaan-perbedaan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa maksud dan tujuan puisi adalah sebagai berikut:
1)        Bukan untuk menyatakan makna, melainkan untuk menyarankannya.
2)        Bukan untuk menceritakan melainkan melukiskan.
3)        Bukan untuk menerangkan atau menjelaskan melainkan mengajak atau mendorong para pembaca berkreasi.
4)        Bukan untuk berbicara, melainkan berdendang atau berlagu.
5)        Bukan untuk berdendang atau berlagu melulu melainkan justru membangun atau menimbulkan dendang atau lagu pada penikmatnya.

7.         Lahirnya Sebuah Puisi
Unsur-unsur yang diperlukan dalam penciptaan sebuah puisi menurut Stephen Spender terdiri atas: (1) konsentrasi (concentration), (2) inspirasi (inspiration), (3) kenangan (memory), (4) keyakinan (faith), dan (5) lagu (song).
Lahirnya sebuah puisi yang diciptakan oleh penyair yaitu karena adanya pengalaman, kenangan, inspirasi, konsentrasi, keyakinan, dan kata-kata yang dipakai penyair sesuai dengan maksud dan tujuan isi puisi tersebut. Kata-kata yang dipilihnya dengan tepat akan menimbulkan ritme atau irama dan rima sesuai keinginan penyair. Proses penciptaan puisi tersebut tidak terlepas dari hakikat dan metode puisi.
8.         Menikmati dan Menilai Puisi
Dari uraian di atas kita telah tahu apa sebenarnya puisi itu, apa hakikatnya, bagaimana metodenya, bagaimana hubungan hakikat dengan metode, apa maksud dan tujuan puisi, apa perbedaan antara prosa dengan puisi, dan bagaimana proses lahirnya sebuah puisi. Dengan itu maka terbukalah jalan bagi kita untuk bisa mengerti, memahami, menikmati, dan menghayati puisi itu. Hal-hal yang telah diutarakan di atas akan dapat menumbuhkan dan menambah apresiasi kita terhadap puisi.
Apabila kita sudah dapat menikmati suatu puisi, berarti kita telah mengetahui dimana letak keindahannya, dari segi hakikat maupun metodenya, dari segi isi maupun bentuknya. Orang yang telah dapat menikmati suatu puisi berarti dia telah dapat memberi evaluasi terhadap puisi tersebut, di mana letak keindahan dan di mana pula letak kekurangan yang terdapat di dalamnya. Kalau indah berilah alasan yang tepat dan kalau tidak indah beri pula alasan yang dapat diterima oleh akal sehat.

B.       Bab 2 Prinsip-prinsip Dasar Drama
1.         Pengantar ke Masalah
Suatu pementasan tidak memerlukan audiens yang asal-asal saja, tetapi audiens yang baik. Bukan soal kuantitas melainkan kualitas audiens. Yang diharapkan atau yang dituntut adalah audiens yang sudah tinggi taraf apresiasinya. Masyarakat sekarang taraf apresiasinya masih jauh dari yang diharapkan.Untuk mengatasi hal tersebut, maka perlu diadakan suatu usaha untuk membina audiens yang baik dan kreatif. Audiens yang dapat memandang teater sebagai kegiatan artistik dari pribadi-pribadi penulis naskah, sutradara, para aktor, dan pembantu-pembantu lainnya berada dalam proses keseluruhan yang utuh dan bulat, bukan hanya merupakan suatu yang ditonton sebagai presentasi yang masing-masing berdiri sendiri secara terpisah-pisah. Untuk itu diperlukanlah pengetahuan yang secukupnya, paling sedikit prinsip-prinsip dasar mengenai drama dan teater.

2.         Apa yang disebut Drama?
Kata drama berasal dari bahasa Yunani dari kata kerja dran yang berarti berbuat, to act atau to do. Banyak penulis yang mengungkapkan pendapatnya tentang pengertian drama. Dari beberapa pendapat penulis dapat disimpulkan bahwa drama adalah sebagai berikut:
1)        Drama adalah salah satu cabang seni sastra.
2)        Drama dapat berbentuk prosa atau puisi.
3)        Drama mementingkan dialog, gerak, dan perbuatan.
4)        Drama adalah suatu lakon yang dipentaskan di atas panggung.
5)        Drama adalah seni yang menggarap lakon-lakon mulai sejak penulisannya hingga pementasannya.
6)        Drama membutuhkan ruang, waktu, dan audiens (penonton).
7)        Drama adalah hidup yang disajikan dalam gerak.
8)        Drama adalah sejumlah kejadian yang memikat dan menarik hati.

3.         Drama dan Teater
Dalam Encyclopedia Britanica drama adalah terjemahan dari bahasa Yunani draomai yang berarti sesuatu yang telah diperbuat; teater adalah alihan dari bahasa Yunani  theatron  yang berarti tempat menonton.
Perbedaan antara drama sebagai text-play atau repertoir dengan drama sebagai theatre atau performance yaitu sebagai berikut:
1)        Drama sebagai text-play atau repertoir adalah hasilsastra milik pribadi, yaitu milik penulis drama tersebut, sedangkan drama sebagai theatre atau performance adalah seni kolektif.
2)        Text-play masih memerlukan pembaca soliter sedangkan theatre memerlukan penonton kolektif dan faktor penonton ini sangat penting.
3)        Text-play masih memerlukan penggarapan yang baik dan teliti, baru dapat dipanggungkan sebagai theatre, menjadi seni kolektif.
4)        Text-play adalah bacaan, sedangkan theatre adalah pertunjukan atau tontonan.

4.         Unsur-unsur Drama
Agar dapat mengevaluasi suatu lakon, maka terlebih dahulu kita mengenal unsur-unsur drama dengan baik. Unsur-unsur itu adalah sebagai berikut: (1) alur (plot) adalah jalan cerita, (2) penokohan, (3) dialog (percakapan), dan (4) aneka sarana kesastraan dan kedramaan.Dalam suatu lakon yang baik, terdapat keharmonisan antara tema dan alur. Unsur-unsur drama itu harus dilihat sebagai suatu keseluruhan yang terpadu dan utuh.

5.         Jenis-jenis Drama
Menurut genrenya drama dibagi atas empat jenis, yaitu: (1) tragedi adalah sandiwara sedih (pelaku utamanya menderita kesengsaraan lahir dan batin yang luar biasa atau sampai meninggal) atau tragedi juga disebut peristiwa yang menyedihkan, (2) komedi adalah sandiwara ringan yang penuh dengan kelucuan meskipun kadang-kadang kelucuan itu bersifat menyindir dan berakhir dengan bahagia (drama ria), (3) melodrama adalah pergelaran, seperti sandiwara atau film, dengan lakon yg sangat sentimental, mendebarkan, dan mengharukan, yang lebih mengutamakan ketegangan daripada kebenaran, dan (4) farce adalah kejadian yang muncul dari situasi, kemungkinan terjadi tidak begitu besar dan kelucuan yang seenaknya saja serta bersifat episodik. Dari segi penulisan atau dari segi bentuk, drama itu dibagi atas tiga yaitu: (1) drama berbentuk prosa, (2) drama berbentuk puisi, dan (3) drama berbentuk prosa dan puisi.

6.         Prinsip Goethe dalam Drama
Perbedaan pendapat terhadap suatu lakon mungkin saja terjadi. Bahkan para kritikus profesional sekalipun mempunyai pendapat yang beraneka ragam terhadap suatu lakon. Pada abad 18, pengarang drama Jerman terkenal yang bernama Goethe telah merumuskan tiga prinsip utama bagi kritik atau evaluasi drama, yang sejak itu telah dipergunakan sebagaidasar untuk menilai drama khususnya, seni pada umumnya. Prinsip-prinsip Goethe itu berada dalam bentuk pertanyaan, yaitu:

1)        Apa yang hendak dikerjakan oleh sang seniman?
2)        Baikkah dia melakukan itu?
3)        Pantaskah hal itu dilakukan?

7.         Pentas Drama
Dalam menyelenggarakan pementasan drama terdapat tiga tahapan utama, yaitu: (1) tahap persiapan, (2) tahap latihan, dan (3) malam perdana.Faktor yang telah diutarakan di muka yang berhubungan dengan pementasan, yaitu faktor intern, ada satu lagi faktor yang tidak dapat diabaikan demi suksesnya suatu pementasan. Faktor itu adalah faktor ekstern, yaitu faktor audiens (penonton).
Syarat-syarat calon aktor/aktris yaitu: (1) memiliki daya reaksi spontan, (2) pengetahuan tentang reaksi manusia, (3) tekun, tabah, penuh tekad, (4) sabar dan tahu diri, (5) fisik sehat, (6) sadar akan kemampuan pribadi, dan (7) suara/vokal yang baik. Adapun teknik dasar berperan itu antara lain: (1) konsentrasi, (2) ingatan emosi, (3) laku dramatris, (4) menggambarkan watak yang khas dan unik, (5) observasi, dan (6) irama tempo.

8.         Drama dalam Pendidikan
Kegunaan drama dalam pendidikan tidak dapat disangkal lagi. Drama anak-anak adalah drama untuk kanak-kanak, sedangkan drama yang dimainkan oleh anak-anak disebut creative dramatic. Metode sosiodrama adalah metode pengajaran dengan cara drama. Dalam metode ini terdapat nilai-nilai pendidikan.

C.      Bab 3 Prinsip-prinsip Dasar Fiksi
1.         Pengantar ke Masalah
Fiksi menceritakan atau melukiskan kehidupan, baik fisik maupun psikis, jasmani maupun rohani. Kalau hal ini benar-benar disadari, maka akan menjadi pendorong untuk lebih banyak membaca fiksi untuk menambah dan memperkaya pengalaman. Minat baca masyarakat harus dipupuk dan dikembangkan dan apresiasi terhadap sastra juga harus ditingkatkan. Membaca karya sastra bukan hanya untuk rasa puas dan kesenangan saja, tetapi juga bisa diambil amanat yang terdapat di dalamnya. Membaca karya sastra yang baik atau yang mengandung nilai sejarah. Semakin tahu tentang fiksi dan semakin banyak membaca karya fiksi maka akan menanamkan dan menumbuhkan apresiasi terhadap karya fiksi.

2.         Apakah yang disebut Fiksi?
Kata fiksi (fiction) diturunkan dari bahasa Latin fictio, ficturn yang berarti membentuk, membuat, mengadakan, menciptakan. Fiksi adalah sesuatu yang dibentuk, dibuat, diciptakan, dan diimajinasikan. Karya fiksi contohnya seperi novel, roman, dongeng, dan lain-lain. Perbedaan fiksi dan nonfiksi, fiksi bersifat realitas, sedangkan nonfiksi bersifat aktualitas. Realitas adalah apa-apa yang dapat terjadi,tetapi belumtentu terjadi; sedangkan aktualitas adalah apa-apa yang benar-benar terjadi.

3.         Unsur-unsur Fiksi
Fiksi memiliki unsur-unsur yaitu sebagai berikut: (1) tema, (2) ketegangan dan pembayangan, (3) alur, (4) pelukisan tokoh, (5) konflik, (6) kesegeraan atau atmosfer, (7) latar, (8) pusat, (9) kesatuan, (10) logika, (11) interpretasi, (12)interpretasi kepercayaan, (13) pengalaman keseluruhan, (14) gerakan,(15) pola dan perencanaan, (16) tokoh dan laku, (17) seleksi dan sugesti, (18) jarak, (19) skala, (20) kelajuan, dan (21) gaya.

4.         Klasifikasi Fiksi
Klasifikasi fiksi terbagi tiga, yaitu berdasarkan bentuk, isi, dan kritik sastra. Klasifikasi fiksi berdasarkan bentuknya yaitu: novel, novelette, short story, short short story, dan vignette. Klasifikasi fiksi berdasarkan isi yaitu: impresionisme, romantik, realisme, sosialis realisme, realisme sebenarnya, naturalisme, ekspresionisme, dan simbolisme. Klasifikasi fiksi berdasarkan kritik sastra yaitu sebagai berikut:
1)        Novel yang menuntut kritik sastra yang serius terdiri dari novel-novel yang baik dan novel-novel yang mungkin baik.
2)        Novel-novel yang berada di bawah taraf kritik sastra yang serius terdiri dari taraf sedang dan taraf rendah.

5.         Novel
Novel adalah suatu cerita prosa fiksi yang panjang dan melukiskan para tokoh, gerak serta adegan kehidupan nyata yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut. Jenis-jenis novel, yaitu: roman avontur, psikologis, detektif, sosial, politik, kolektif, bersejarah, tendens, dan roman keluarga.

Tabel Perbedaan Cerita Pendek dengan Novel

Cerita Pendek
Novel
Jumlah kata
10.000
35.000
Jumlah halaman
30 maksimal
100 minimal
Jumlah waktu baca
10-30 menit
120 menit
Tergantung pada
Situasi: hanya satu situasi
Pelaku: mungkin lebih dari satu
Impresi
Tunggal
Lebih dari satu
Efek
Satu
Lebih dari satu
Emosi
Satu
Lebih dari satu
Skala
Lebih sempit
Lebih luas
Seleksi
Lebih ketat
Lebih luwes
Kepadatan & Intensitas
Lebih diutamakan
Kurang diutamakan
Kelajuan
Lebih cepat
Kurang cepat

Seorang novelis haruslah humanis. Humanis adalah orang yg mendambakan dan memperjuangkan terwujudnya pergaulan hidup yang lebih baik, berdasarkan asas perikemanusiaan, pengabdi kepentingan sesama umat manusia. Delapan ciri utama humanisme, yaitu: (1) bukan merupakan dogma filosofis, (2) menuntut simpati, menentang fanatisme, (3) menentang kepicikan, kelicikan, (4) bukan mencari kesalahan, tetapi meyakinkan aksiomanya, (5) mempermasalahkan nilai falsafah dan agama, (6) menempa humanis sejati, (7) sebagai media dalam peradaban yang positif, dan (8) valid bagi sekelompok kecil individu.

6.         Novelet
Kata novelette diturunkan dari kata novel ditambah dengan sufiks –ette yang berarti kecil “novel kecil”. Pada umumnya unsur-unsur novelet sama dengan unsur-unsur novel. Novelet berkisar antara 10.000-35.000 kata.

7.         Cerita Pendek
Cerita pendek adalah penyajian suatu keadaan tersendiri atau suatu kelompok keadaan yang memberikan kesan tunggal pada jiwa pembaca. Cerita pendek tidak boleh dipenuhi dengan hal-hal yang tidak perlu. Klasifikasi cerita pendek berdasarkan jumlah kata yaitu cerpen yang pendek (short short story) maksimal 5000 kata dan cerpen yang panjang (long short story) 5000-10.000 kata. Klasifikasi cerita pendek berdasarkan nilai sastra yaitu cerpen sastra dan cerpen hiburan.

8.         Pertanyaan Pembimbing Meresensi Fiksi
Adapun prtanyaan-pertanyaan yang dimaksudkan itu antara lain:
1)        Tema
a)    Apakah tema cerita itu?
b)   Apakah tema itu valid sebagai kebenaran umum?
2)        Sudut pandang
a)    Dari sudut pandangan sispakah cerita itu diceritakan?
b)   Apakah sudut pandangan itu dijalankan dengan konsekuen dalam seluruh cerita?
3)        Tokoh
a)    Apakah penokohan disajikan secara langsung, yaitu apakah pengarang merangkumkan sifat-sifat tokoh itu dan menceritakan kepada kita apa dan bagaimana pikiran mereka-mereka itu?
b)   Berapa banyakkah diantara penokohan itu yang dilakukan secara tidak langsung melalui dialog para tokoh, tindakan-tindakan mereka, serta reaksi-reaksi lainnya terhadap mereka?
c)    Apakah tokoh-tokoh itu real?
Apakah mereka bermain wajar dan hidup?
d)   Apakah yang dikehendaki oleh para tokoh itu dan apa sebabnya mereka menghendakinya?
e)    Bagaimanakah hubungan para tokoh dengan tema cerita itu?
4)        Alur
a)    Insiden-insiden apakah yang telah dipilih untuk melayani tema cerita itu?
b)   Apakah terdapat hubungan yang wajar dan baik antara tema dengan jenis insiden-insiden yang telah dipilih itu?
c)    Mengapa insiden-insiden itu lebih terpilih daripada lain-lainnya yang mungkin juga terpilih?
d)   Apakah insiden-insiden itu disusun dengan baik sehingga dapat memberikan penekanan yang penting dan berguna?
e)    Apakah insiden-insiden itu wajar, hidup, dan signifikan?
5)        Bahasa
a)    Apakah bahasa yang dipergunakan dalam cerita itu tajam, lincah, dan sugestif?
b)   Jenis-jenis majas apa sajakah yang dipergunakan dalam cerita itu?
c)    Apakah penggunaan majas itu wajar dan hidup?

D.      Bab 4 Prinsip-prinsip Dasar Kritik Sastra
1.         Pengantar ke Masalah
Banyak orang yang kurang senang mendengar kata kritik. Kebanyakan orang menganggap kritik itu hal-hal yang kurang baik, cacian, makian, ejekan, cemoohan, dan lain-lain. Orang biasa membagi kritik itu atas kritik membangun dan meruntuhkan. Pada hakikatnya kritik itu selalu membangun, selama kritik itu masih bernama kritik.Tanpa adanya pikiran-pikiran yang kritis dan tajam maka tidak akan kita alami kemajuan seperti sekarang ini. Kini orang sudah lebih berani menilai diri sendiri dan meminta kritik kepada orang lain. Kalau perlu menentang diri sendiri demi kemajuan. Akan tetapi, sebelum ke sana alangkah baiknya kita mengetahui apa sebenarnya kritik sastra itu, bagaimana prinsipnya, falsafahnya, fungsinya, jenisnya, dan bagaimana hubungannya dengan apresiasi sastra, dengan esai, dan lain-lain.

2.         Apa yang disebut Kritik Sastra?
Kritik berasal dari bahasa Yunani krinein yang berarti mengamati, membanding, dan menimbang. Dalam Ensiklopedia Indonesia, kritik adalah penilaian (penghargaan), terutama mengenai hasil-hasil seni dan ciptaan-ciptaan seni. Kritik ialah pengamatan yang teliti, perbandingan yang tepat serta pertimbangan yang adil terhadap baik-buruknya kualitas nilai kebenarannya. Kritikus ialah orang yang pekerjaannya mengamati dengan teliti, memperbandingkan dengan tepat serta mempertimbangkan secara adil baik-buruknya kualitas nilai kebenarannya. Kritik sastra adalah pengamatan yang teliti, perbandingan yang tepat serta pertimbangan yang adil terhadap baik-buruknya kualitas, nilai, dan kebenaran suatu karya sastra.

3.         Prinsip Dasar Kritik Sastra
Beberapa prinsip dasar kritik sastra yaitu sebagai berikut:
1)        Sastra adalah suatu mode berpikir universal.
2)        Tipe berpikir ini tidak dapat dikembangkan terpisah dari objektivitasnya.
3)        Maksud dan tujuan cara berpikir ini adalah untuk membuat pengalaman lebih intensif dan bermakna.
4)        Pemupukan serta pengembangan sastra haruslah diupayakan.
5)        Nilai sastra senantiasa bersifat pribadi.
6)        Intensitas pengalaman penikmat sastra.
7)        Nilai-nilai estetika perlu sekali dialihkan karena kegunaan suatu karya tertentu mungkin saja berbeda dari masa ke masa.
8)        Reaksi-reaksi perseorangan terhadap sastra sangat erat kaitannya dengan perkembangan sikap kita.
4.         Falsafah Kritik Sastra
Kritik sastra dapat dipandang sebagai: (1) suatu disiplin teoritis atau ilmu, (2) suatu skill (keterampilan) yang dibimbing oleh perasaan dan dikembangkan melalui pengalaman, dan (3) suatu art dalam pengertian penganut Aristoteles techne, yaitu suatu produksi yang mempunyai maksud tertentu secara metodis. Nilai-nilai dalam suatu karya dapat berupa nilai hedonik, artistik, kultural, etis-moral-religius, dan nilai praktis.

5.         Fungsi Kritik Sastra
Kritik sastra berfungsi untuk melayani penulis atau pengarang, melayani masyarakat, dan melayani para kritikus. Dalam menerima kritikan, maka dapat diadakan dua kategori penulis:
1)        Golongan yang tidak tahan menerima kritikan sehingga putus asa dan tidak mau menulis lagi dan layu sebelum mekar.
2)        Golongan yang menerima kritikan dengan lapang dada sehingga tidak mau putus asa, menulis terus dan maju terus pantang mundur.

6.         Jenis-jenis Kritik Sastra
Jenis-jenis kritik sastra yaitu sebagai berikut: kritik judisial, induktif, impresionistik, historis, filosofis, formalis, sosiokultural, psikologis, mitopoeik, relativistik, absolutistik, interpretatif, tekstual, linguistik, biografis, komparatif, etis, perspektif, pragmatik, elusidatori, praktis, dan kritik baru.

7.         Tipe-tipe Kritikus Sastra
Kritik sastra itu bersifat pribadi. Tiada seorang kritikus yang diklasifilkasikan tipenya secara tegas. Jadi, ada aneka tipe kritikus sastra dibedakan atas beberapa kutub:
1)        Kutub kritik sistematis dan karya-karya pribadi.
2)        Kutub-kutub sastra dan hidup, bentuk dan isi.
3)        Kutub-kutub antara objektivitas dan subjektivitas.

Tipe-tipe kritikus sastra dalam tiga pasang kutub adalah sebagai berikut: (1) kritik sistematis, (2) sastra bentuk, (3) objektivitas, karya seni, (4) karya sastra, (5) hidup dan isi, dan (6) subjektivitas, pengalaman estetika.

8.         Kritikus Sastra dan Sarjana Sastra
Memang seorang kritikus sastra dapat sekaligus merupakan seorang sarjana sastra. Bagi seorang kritikus belum ada pendidikan formal, sedangkan bagi sarjana sastra tersedia pendidikan khusus yaitu pada fakultas sastra. Seorang kritikus tidaklah selamanya seorang sarjana formal, seorang sarjana belum tentu kritikus, dan memang tidak pula merupakan suatu keharusan.
Perbedaan utama antara sarjana sastra denga kritikus sastra adalah sebagai berikut:
1)        Sarjana sastra mengarahkan perhatian pada perubahan yang mengandung makna ataupun perubahan yang tetap dalam kontinuitas atau kesinambungan sastra; kritikus sastra lebih mengarahkan perhatian pada kesamaan serta kepermanenan karya-karya sastra.
2)        Sarjana sastra menerjunkan diri pada penempatan yang tepat serta pengertian yang jelas dan tepat dari karya sastra; kritikus sastra menerjunkan diri pada penjelasan serta penilaian karya sastra.
3)        Sarjana sastra memusatkan perhatian pada asal-usul serta bagaimana sejarah lahirnya suatu karya; sedangkan kritikus sastra memusatkan perhatian pada hakikat estetika atau keindahan karya sastra yang telah diakui.

9.         Kritik Sastra dan Apresiasi Sastra
Apresiasi sastra adalah penaksiran kualitas karya sastra serta pemberian nilai yang wajar kepadanya berdasarkan pengamatan dan pengalaman yang jelas, sadar serta kritis. Adapun kritik sastra adalah pengamatan yang teliti, perbandingan yang tepat serta pertimbangan yang adil terhadap baik-buruknya kualitas nilai kebenaran suatu karya sastra.
Dari batasan yang telah dikemukakan di atas jelaslah betapa erat hubungan antara kritik sastra dengan apresiasi sastra. Hubungan tersebut merupakan hubungan sebab akibat, hubungan kausal. Semakin tinggi taraf apresiasi sastra masyarakat maka semakin mendalam daya kritisnya; semakin mendalam daya kritisnya,semakin tinggi pula taraf apresiasinya. Kritik sastra tanpa apresiasi sastra sukar dibayangkan; sedangkan apresiasi sastra tanpa kritik sastra jelas kurang memuaskan.

10.     Kritik Sastra dan Esai
Kritik mengemukakan kebaikan dan kekurangan orang lain serta berusaha mengemukakan cara-cara memperbaiki kekurangan tersebut; sedangkan esai mengemukakan masalah atau persoalan kepada khalayak ramai, bagaimana cara menyelesaikan masalah itu terserah kepada pembaca atau khalayak ramai. Itulah sebabnya maka tidak ada kritik yang tidak membangun, sebab maksud dan tujuan kritik ialah untuk mengadakan perbaikan. Dengan demikian maka seharusnya kita berterimakasih kepada orang yang rela mengemukakan kritiknya atas segala tindakan dan karya kita. Dengan kritik itu kita dapat memajukan diri dan karya kita.

11.     Syarat-syarat Kritik Sastra Indonesia
Syarat-syarat yang harus dipenuhi kritik sastra Indonesia adalah sebagai berikut: (1) membangun sastra Indonesia, (2) berdasar pengetahuan sastra dan ilmu lain, (3) tanpa prasangka dan sentimen, (4) dapat memisahkan masalah penting dan tak penting, (5) bersifat sportif yaitu berani memuji lawan apabila baik; berani mencela kawan apabila buruk, (6) terlebih dahulu menghargai yang baik bagi sastra Indonesia, (7) memperkuat kepribadian sastra dan bangsa Indonesia, (8) memperbaiki cara berpikir, cara hidup & kerja sastrawan Indonesia, (9) bersifat objektif, (10) berpendirian kritis dan berhati lapang serta tulus, (11) dapat menyesuaikan diri dengan kondisi dan situasi, (12) mempunyai latar belakang yang baik dan benar,(13) mempergunakan bahasa yang baik dan sopan, (14) cinta dan bertanggung jawab bagi sastra Indonesia, (15) membimbing masyarakat berpikir kritis terhadap sastra Indonesia, dan (16) berdasarkan pertimbangan akal sehat.

BAB III
KOMENTAR

Menurut saya, buku ini memiliki materi yang sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari segi isinya yang banyak sekali mengutip beberapa pendapat para ahli dan disertai dengan kesimpulan dari beberapa teori yang disampaikan. Penulis buku ini juga memberikan pandangan dan kesimpulannya setelah mengetengahkan beberapa pendapat para ahli tersebut. Penyampaian materi dan bahasa yang digunakan juga mudah dipahami. Penulis buku ini menyampaikan materi yang ada dengan sistematis sehingga pembaca mudah memahami materi yang disampaikan.
Dengan adanya buku ini, kita dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai sastra. Masih banyak orang yang menganggap remeh karya sastra dan jarangnya minat untuk membaca karya sastra. Yang sering membaca karya sastra itu pun ada juga yang hanya untuk kepuasan dan kesenangan saja. Buku ini akan membangkitkan minat membaca sastra dan mengetahui serta memahami tentang sastra sehingga tidak lagi meremehkan sastra. Fiksi menceritakan atau melukiskan kehidupan, baik fisik maupun psikis, jasmani maupun rohani. Kalau hal ini benar-benar disadari, maka akan menjadi pendorong untuk lebih banyak membaca fiksi untuk menambah dan memperkaya pengalaman.
Banyak orang yang kurang senang mendengar kata kritik. Kebanyakan orang menganggap kritik itu hal-hal yang kurang baik, cacian, makian, ejekan, cemoohan, dan lain-lain. Kritik mengemukakan kebaikan dan kekurangan orang lain serta berusaha mengemukakan cara-cara memperbaiki kekurangan tersebut. Itulah sebabnya maka tidak ada kritik yang tidak membangun, sebab maksud dan tujuan kritik ialah untuk mengadakan perbaikan. Dengan demikian maka seharusnya kita berterimakasih kepada orang yang rela mengemukakan kritiknya atas segala tindakan dan karya kita. Dengan kritik itu kita dapat memajukan diri dan karya kita.

BAB IV
PENUTUP

A.           Manfaat
Menurut saya, buku ini sudah memiliki standar yang sangat baik. Bukan hanya materinya yang disampaikan dan dijelaskan dengan rinci dan sistematis, tetapi buku ini juga disampaikan dengan bahasa yang mudah untuk dipahami. Buku ini sangat cocok dipakai oleh kalangan pengajar (guru/dosen), mahasiswa, siswa dan umum untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang bagaimana  memahami prinsip-prinsip dasar sastra.Buku ini sangat membantu kita untuk mengetahui manfaat membaca karya sastra.
Hal-hal yang telah diutarakan dalam buku ini akan dapat menumbuhkan dan menambah apresiasi kita terhadap karya sastra serta bisa memberikan kritik terhadap karya sastra. Apabila kita sudah dapat memahami dan menikmati suatu karya sastra, berarti kita telah mengetahui di mana letak keindahannya, dari segi isi maupun bentuknya. Orang yang telah dapat menikmati suatu karya sastra berarti dia telah dapat memberi evaluasi dan apresiasi serta memberikan kritik terhadap karya tersebut, di mana letak keindahan dan di mana pula letak kekurangan yang terdapat di dalamnya. Kalau indah berilah alasan yang tepat dan kalau tidak indah beri pula alasan yang dapat diterima oleh akal sehat.

B.            Kritik
Menurut saya, buku ini sangat bagus. Materi yang disampaikan mudah dipahami dan tersusun secara sistematis dan saling berkesinambungan. Namun, terdapat beberapa kata yang sulit untuk dipahami karena bahasanya yang jarang didengar dan dibaca, tetapi itu tidak menjadi penghalang untuk memahami isi buku secara keseluruhan. 

SUMBER RUJUKAN



Tarigan, Henry Guntur. 2011. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar